MAKARONI SAKTI DI KELAS
S-Ter (SMP Terpadu), sekolah yang menerapkan pembelajaran Joyfull Learning. Berlokasi di jalan Ir. Juanda Ponorogo. Five day school (program lima hari sekolah) sudah dijalankan di sekolah ini.
Menjadi tantangan yang luar biasa pastinya bagi para pendidik disekolah ini. Mulai pukul 07.00 – 14.30 WIB siswa berada di sekolah. Banyak yang beranggapan siswa akan merasa jenuh dan bosan. Guna menepis anggapan tersebut, para guru mendesain pembelajaran semenarik mungkin. Siswa diberi kebebasan memposisikan dirinya senyaman mungkin saat kegiatan pembelajaran. Suasana damai, penuh kekeluargaan antar warga sekolah terjalin begitu hangat. Sungguh menjadi pengalaman dan pembelajaran yang berharga bagi kami mahasiswa PPL 2 STKIP PGRI Ponorogo yang berkesempatan praktek mengajar disekolah ini.
“Pagi ini saya memiliki jadwal mengajar di kelas 7 Alpha,” ungkap Nurul salah satu mahasiswa PPL 2. Tentunya ini menjadi tantangan baginya, bukan? Bagaimana cara dia mengemas pembelajaran yang menarik bagi siswa. Sebab di sekolah ini hampir seluruh siswa aktif dan memiliki karakter belajar kinestetik.
“Diharapkan guru yang mengajar di kelas ini mampu menjalin komunikasi yang baik dengan siswa dan tentunya memanfaatkan penggunaan media yang menarik perhatian siswa, menjadi kunci sukses mengajar di kelas ini,” tutur Bu Putri selaku wali kelas 7 Alpha sekaligus guru pamong disela kesibukannya siang itu (20/08/2018).
Membuat teks deskripsi dengan pola pengembangan subjektif, materi yang harus Nurul ajarkan pagi itu. Cukup dengan membawa beberapa bungkus jajan makroni, dan roll papper yang dia gunakan sebagai media. Diawali dengan penyampaian apersepsi. Nurul berusaha membangun komunikasi yang baik dengan siswa. Para siswa sempat merasa penasaran dengan media yang dibawa Nurul. Media yang dibawanya tidak hanya dapat diamati dan dipegang saja. Namun, juga bisa dinikmati kelezatannya. “ Saya senang dengan media yang dibawa, sebab dapat membantu saya dalam memahami materi pagi ini,” ungkap Ely salah satu siswa kelas 7 Alpha.
Kegiatan inti dimulai dengan membagikan jajan makroni, kemudian dengan menyimak intruksi dari guru siswa diminta untuk memakannya. Siswa begitu antusias. Bagian penugasan seluruh siswa diminta menuliskan pendapatnya secara rinci, menggambarkan jajan yang mereka makan dengan detail pada roll papper yang telah dibagi.
Diakhir pembelajaran, beberapa siswa diminta untuk membaca hasil kerjanya.. Hasilnya sangat luar biasa, tanpa guru ceramah menjelaskan cara membuat teks deskripsi mereka sudah mampu memahami sekaligus membuat dengan bantuan media yang digunakan guru. Kesan mapel Bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang membosankan telah terpatahkan. Tentunya berkat kreatifitas dan media yang digunakan guru.
***
Penulis: Renita Ayu Kumalasari/ Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo
Sumber Berita: Harian Surya, Edisi 30 Agustus 2018
https://surabaya.tribunnews.com
Previous