Resep Kemahiran Menulis
Petter Elbow dalam buku Everyone Can Write (Oxford University Press, 2000) menyatakan bahwa ‘menulis itu bukan bakat, tetapi keterampilan’. Ungkapan demikian mengingatkan bahwa setiap orang memiliki keterampilan menulis. Namun, terkadang manusia tidak menyadarinya. Bahkan pelopor pendidikan (guru) pun ada yang mengatakan bahwa menulis itu adalah bakat bukan keterampilan.
Pandangan yang menyatakan bahwa menulis itu bakat adalah pernyataan yang benar-benar salah. Karena sejatinya menulis adalah keterampilan yang dimiliki setiap manusia sejak dari lahir. Yang namanya keterampilan itu pastinya melekat pada diri manusia itu sendiri. Jika kita menyadari dan mau melatihnya niscaya keterampilan itu akan berubah menjadi sebuah kemahiran.
Tetapi sebaliknya, jika kita membiarkannya maka keterampilan yang kita miliki tersebut tidak akan pernah berkembang. Bahkan bisa jadi menghilang. Selain itu keterampilan harus dilatih agar mengalami peningkatan hingga kita bisa mencapai titik kemahiran.
Kemahiran hanyalah sebuah hukum kali (bahkan kuadrat) dari latihan yang kita lakukan
Sutejo dalam buku Genius Menulis Artikel menyatakan bahwa ‘kemahiran hanyalah sebuah hukum kali (bahkan kuadrat) dari latihan yang kita lakukan’ (2015:138). Ungkapan ini mengingatkan kita betapa pentingnya melatih keterampilan yang kita miliki agar kita bisa mencapai titik kemahiran. Sesungguhnya keterampilan tanpa latihan ibarat pisau yang tak pernah diasah. Tumpul bukan? Begitu juga dengan ketrampilan menulis. Jika keterampilan tersebut tidak pernah kita latih maka keterampilan itu akan tumpul. tumpulnya menulis tentu saja berbeda dengan tumpulnya pisau. Pisau yang tumpul dapat menjadi tajam kembali jika pisau tersebut diasah ulang. Begitu juga dengan menulis, berlatih merupakan salah satu cara untuk mengasah keterampilan menulis yang kita miliki.
Melatih keterampilan menulis itu dapat kita lakukan dengan berbagai cara (i) sering membaca, (ii) mencari informasi sebanyak mungkin tentang hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan menulis kita, (iii) bertanya sesering mungkin kepada orang yang lebih tahu, dan (iv) sering berlatih menulis. Jika kita sudah melakukan hal-hal tersebut maka kemahiran akan menghampiri kita dengan sendirinya.
Kemauan melatih keterampilan itu harus berangkat dari diri sendiri, jangan karena terpaksa atau dipaksa. Sejatinya sesuatu yang dilakukan karena paksaan itu hasilnya tidak akan maksimal. Selain itu, perlu kita ketahui bahwa tidak ada orang yang mampu mengubah keterampilan yang kita miliki selain diri kita sendiri. Begitu juga dengan keterampilan menulis.
Sastrawan Indonesia, Helvy Tiana Rosa mengatakan seperti ini “Tak seorangpun bisa menjadikan dirimu sebagai penulis kecuali dirimu sendiri.” Pernyataan ini menyadarkan kita bahwa untuk menjadi penulis itu harus diawali dengan usaha dari diri sendiri. Salah satu usaha itu adalah berlatih menulis hingga kita mencapai titik kemahiran.
Untuk mencapai titik kemahiran itu butuh proses panjang, latihan rutin, dan kesabaran yang ekstra. Semakin sering kita berlatih menulis maka kita akan semakin mahir juga. Berlatih menulis itu ibarat kita berlatih naik sepeda. Awalnya kita merasa takut. Jangankan menaikinya, melihatnya saja kita sudah membayangkan yang tidak-tidak. Tetapi semakin lama kita menjadi biasa. Saat latihan sepeda sering kali kita terjatuh dan terluka. Sakit bukan? Bahkan terkadang luka tersebut bertahan sampai berhari-hari. Namun apakah kita menyerah begitu saja karena kita terjatuh? Tidak bukan? Kita justru berusaha bangkit lagi, berlatih lagi hingga kita benar-benar mahir untuk menaikinya. Jika kita sudah mahir maka kita tidak akan kesusahan untuk naik sepeda. Memang sulit, tapi itulah proses. Begitu juga dengan menulis. Jika anda ingin mahir menulis maka belajarlah dari filosofi naik sepeda.
Dengan demikian, jika kita ingin menjadi penulis yang mahir maka kita harus sering-sering berlatih. Sebagaimana disinggung di paragraph atas tadi bahwa rumus kemahiran itu hanya berapa kali kita berlatih. Semakin sering kita berlatih maka kita akan semakin mahir. Itu adalah rumus mutlak dan terbukti kebenarannya. Kalau si genius Einstein dan Thomas Edison melakukan riset selama 16-17 jam per hari, berapakah waktu yang anda sediakan untuk melatih keterampilan menulis? Coba bayangkan jika kita berlatih menulis dengan waktu yang sama, maka tak berapa lama lagi kemahiran itu akan terbentuk. Semakin banyak waktu yang kita luangkan untuk menulis maka semakin besar pula peluang kita untuk menjadi penulis yang mahir.
Ini sangat menentukan! Ingat, bagaimana pesan Petter Elbow bahwa menulis bukanlah ditentukan oleh bakat akan tetapi keterampilan. Dan perlu kita tahu bahwa keterampilan itu juga tidak akan berkembang jika kita tidak mau melatihnya. Jadi, tunggu apalagi?
***
Penulis: Sri Wahyuni, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo.
Sumber: Jawa Pos Radar Ponorogo edisi Selasa, 6 September 2016.