Arafat Nur: Saya Suka Semua Penulis Yang Tidak Sombong Dan Tidak Suka Plagiat
Menjelang hadirnya novel Seumpama Matahari, Tim Redaksi Fiksi DIVA kali ini berhasil mewawancarai sang penulis, Arafat Nur (Keajaiban Paling Hebat di Dunia), dan menanyakan sejumlah hal, mulai dari proses kreatif hingga pendapatnya secara umum mengenai dunia literasi. Jawaban-jawaban yang jujur dan membuat terenyuh kita.
Selamat menyimak.
Selamat pagi, Mas Arafat Nur. Apa kabar? Terima kasih banget sudah meluangkan waktu untuk wawancara dengan pihak redaksi. Oh ya lebih enak saya manggilnya Mas Arafat atau Mas Nur?
-Boleh yang mana saja.
Oke pertanyaan pertama adalah seputar novel yang rencananya awal bulan Mei terbit. Judulnya Seumpama Matahari. Secara singkat, apa yang ingin Mas Arafat ingin sampaikan di novel tersebut?
Tentang takdir hidup yang dialami manusia. Sekalipun dilanda perang, mereka memiliki sisi-sisi romantis, perasaan, harapan, dan cita-cita. Kisah dalam novel ini mendekati kisah aslinya, sangat alami, apa adanya, dan begitu lugu. Ketegangan tidak terlalu tegang, bahkan menjadi humor dan hiburan. Pada kondisi-kondisi tertentu, maut seakan seni, dan perang seperti pura-pura.
Saya ingin menyuguhkan suatu kenyataan, bahwa di suatu wilayah perang di Aceh pernah tercipta peristiwa dan suasana seperti dalam novel itu. Orang-orang sekarang sudah lupa dan sedikit yang mampu mengingatnya lagi. Apalagi remaja-remaja yang tumbuh sekarang, ketika peristiwa ini terjadi mereka belum masuk TK. Mereka hanya tahu, bahwa Aceh pernah dilanda konflik senjata. Maka, novel ini sangat penting sebagai rekaman sejarah Aceh yang tidak dimiliki novel-novel lain.
Tidak seperti novel-novel sejarah lainnya, novel ini bisa dinikmati oleh semua orang, tanpa harus tertekan. Bisa juga dinikmati sebagai novel romantis, bila tidak menyukai sisi sejarahnya. Sama sekali tidak akan terganggu. Apalagi disuguhkan dengan gaya tutur ringan, tidak terlalu sastra, dengan yang ungkap agak pasaran yang akrab dengan remaja, dewasa, maupun kaum terpelajar di Indonesia.
Saya membaca cerpen Mas Arafat yang dimuat di basabasi.co berjudul Cinta Seumpama Matahari. Adakah kaitannya dengan novel Seumpama Matahari? Saya pernah mendengar seorang penulis bisa mengembangkan sebuah cerpen menjadi sebuah novel, atau membuat cerpen dengan mengambil sebuah bagian novelnya.
Bab-bab dalam novel ini bisa berdiri dengan sendirinya. Ada juga bab yang agak lemah seperti bab yang muncul di basabasi.co itu, tapi akan menjadi kokoh menyatu dengan bab-bab lainnya dalam novel ini.
Semula, setelah menuliskannya, naskah novel ini terselip dan terlupakan. Sampai kemudian muncul dan tidak ada rencana saya ajukan ke penerbit, hanya mengirimkannya sebagai cerpen. Namun, begitu muncul cerpen itu di basabasi.co, saya langsung balik pikiran. Naskah ini penting sekali dijadikan buku. Apalagi kemasan ceritanya bersifat pengetahuan yang menghibur. (Baca lebih detai di blogdivapress.com)