Belajar Bahasa Inggris Harus Gembira
Bahasa Inggris masih dianggap sulit didekati. Tidak heran bila siswa malam menekuni. Itu sebabnya, calon guru harus memiliki kemampuan mengemas materi Bahasa Inggris menjadi lebih menarik.
Melihat guru-guru bahasa Inggris yang saat ini masih menggunakan metode pembelajaran klasik membuat kampus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo merasa prihatin.
Kamis (10/8), ‘Kampus Literasi’ ini mengundang Andrew Wilson, seorang pakar pendidikan bahasa Inggris asal Hong Kong untuk memberikan motivasi dan pencerahan kepada guru muda dan mahasiswa pendidikan bahasa Inggris se-Kabupaten Ponorogo, dengan topik meningkatkan kemampuan belajar-mengajar bahasa Inggris dari teori ke praktik.
Acara yang digelar di gedung Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo ini, mengambil tema “Workshop on Improving English Teaching Proviciecy from Theory to Practice”. Adapun tujuan utamanya, yakni membekali mahasiswa pendidikan bahasa Inggris atau calon guru bahasa Inggris di Ponorogo ketika mengajar nantinya.
Di samping itu memperluas wawasan, serta menambah pengetahuan tentang bagaimana cara mengajarkan bahasa Inggris di kelas yang mulanya dari teori diubah ke praktik dengan cara yang unik dan menarik.
Saat menyampaikan materi, lelaki yang mengajar di French International School, Hong Kong itu, mengajak lima puluh peserta workshop supaya membuat draf kata kerja sebanyak-banyaknya selama tiga menit.
Kemudian, dari kata kerja tersebut dibuatlah semacam karangan sederhana sepanjang tiga sampai empat paragraf dengan menggunakan bahasa Inggris. Lelaki itu, memberikan instruksi jika dalam karangan tersebut harus memuat tiga unsur utama karangan. Di antaranya where, when, and why.
Acara yang didukung penuh dari lembaga dengan branding ‘pencetak guru profesional’ itu berupaya untuk memberikan nilai tambah kemampuan bahasa Inggris yang diprioritaskan kepada mahasiswa jurusan bahasa Inggris. Sebab, sekarang ini banyak buku atau referensi yang menggunakan bahasa Inggris. Untuk itulah, Kasnadi selaku Ketua STKIP PGRI Ponorogo menyarakan, agar mahasiswa memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik—tidak pun bisa, paling tidak tahu beberapa vocabolary bahasa Inggris.
“Dengan kemampuan bahasa yang dimiliki mahasiswa nantinya lebih mudah ketika melanjutkan kuliah atau mengabdi menjadi guru. Sebab untuk mendapat sertifikat pendidik, guru harus menguasai bahasa Inggris,” tutur Kasnadi.
Kasnadi menambahkan, bahwa workshop ini merupakan bentuk realisasi dari Tridarma perguruan tinggi, poin ke-3, yakni pengabdian masyarakat.
Meski dalam persiapan acara workshop banyak kendala, mulai dari persiapan yang hanya seminggu, Ketua panitia, Ratri Harida mengungkapkan merasa senang meskipun persiapannya mendadak. Pihaknya pun berencana, akan mengagendakan acara tersebut setiap semester sekali, dengan menghadirkan pemateri yang mumpuni dalam bidangnya.
Respon baik dari salah satu peserta workshop asal SMA Hudaya Ponorogo, “Acara bagus, pematerinya asyik, dan isi materi sangat sesuai dengan realita saat ini. Sebab, seperti yang saya rasakan sebagai guru bahasa Inggris, bidang tersebut banyak tidak disukai murid,” keluh Deni.
Kendatipun demikian, Adip Arifin selaku moderator, dalam penutupan workshop menyampaikan harapan besar bagi calon guru atau mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo, agar kelak menjadi guru yang dapat mengubah mindset pelajar tentang keburukan bahasa Internasional ini.
Tiga Poin Penting
Andrew Wilson, dalam materinya memberikan tiga poin penting yang ditujukan kepada calon guru bahasa Inggris. Yaitu, pendekatan terkini dalam bahasa, praktik pembelajaran efektif, dan managemen kelas.
Dijelaskan, pertama, tentang pendekatan bahasa adalah bagaimana cara guru mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahasa keseharian di samping bahasa Indonesia. Pasalnya, banyak orang beranggapan bahwa bahasa Inggris itu sulit.
Kedua, praktik pembelajaran efektif, maksudnya bagaimana cara guru melakukan proses belajar-mengajar menggunakan beberapa metode. Seperti, jigsaw learning, cooperative learning, literacy circles, culture, dan lainnya. Tak lupa, sebelum metode tersebut dilakukan, sebaiknya calon guru menyampaikan apa tujuan dari pembelajaran, agar siswa tahu apa tujuan belajar hari ini, dan apa yang harus siswa kuasai.
“Banyak guru saat mengajar lupa tidak menjelaskan tujuan pembelajaran, sehingga siswa bingung mau belajar apa,” jelas lelaki beristri asal Ponorogo itu.
Ketiga, managemen kelas, yakni berkaitan cara guru menciptakan kondisi kelas yang nyaman dan kondusif saat mengajar. Dalam poin ini, Andre mengatakan penataan kelas sangat berpengaruh terhadap daya serap siswa saat belajar Jika kondisi kelas nyaman, maka siswa dengan mudah menerima pelajaran.
Akhirnya, jika guru-guru bahasa Inggris mau menerapkan ketiga poin tersebut, maka tujuan pembelajaran akan mudah tercapai. Begitupula dengan murid akan mudah menerima pelajaran karena metode pengajaran yang dilakukan guru tidak membosankan.
Effective learning, not make you dizzy, but how the goal of learning can be achieved easily and fun,” pungkas Andrew.
Pawarta: Suci Ayu Latifah
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo, Panitia SLG STKIP PGRI Ponorogo.
Sumber: Harian Surya Surabaya, Sabtu, 26 Agustus 2017 (kolom Digim@c).