Harus Berani Tampil Beda
Tampil beda adalah cara menarik perhatian publik. Seperti yang dilakukan peserta lomba baris-berbaris SD Immersion Ponorogo, Senin (13/8/2018). Lomba diramaikan oleh seluruh jawatan dinas dan pemerintah Kecamatan Babadan. Ponorogo.
Semangat tim dari wakasek kurikulum, humas, wali kelas, guru pendamping, dan pihak guru mengajar, juga operator sekolah tidak sia-sia dilakukan. Berlatih tiga hari, mereka mampu menyabet juara 1 dengan poin tertinggi.
Tahun ini berbeda. Seperti yang disuratkan panitia, lomba baris mengusung tema keindonesiaan. Ide kreatif tim guru SD Immersion menonjolkan kostum beragam yang dikenakan. Yaitu kostum kesenian keling dari pulung (topi bolu), sempyog obyog (rompi payet dada), dan aksesori tambahan, serta didukung make-up seperti tari Topeng Ireng.
“Kostum ini terinspirasi kesenian Tari Topeng Ireng dari Boyolali,” ungkap Charis Maahadi, salah satu tim SD Immersion.
Meski malu karena mengenakan kostum yang berbeda dan aneh. Mereka percaya diri berlomba dengan membawa nama sekolah, SD Immersion. Cukup sederhana, alasan tampil beda itu mengingatkan masyarakat tentang Indonesia yang kaya dengan adat dan budaya yang unik dan menarik. Totalitas kostum adat dijadikan pemantik agar masyarakat, khususnya siswa Ponorogo makin cinta dengan Indonesia.
Guru pamong kelas V itu mengungkapkan, filosofi Tari Topeng Ireng merupakan gambaran perjalanan hidup manusia yang tertata dan dinamis. Pada zaman penjajahan, masyarakat dilarang berlatih silat. Namun kemudian, warga menyiasati dengan memasukkan gerakan silat dalam bentuk tarian. Pada akhirnya, terciptalah Topeng Ireng.
“Kompak, disiplin, dan sungguh-sungguh penting dipahami dalam berbaris agar tercipta irama dan gerakan yang dinamis,” ulasnya.
Dukungan warga sekolah menjadi energi tim berbaris untuk tampil beda. Bahkan, mereka mendapat apresiasi dan doa luar biasa dari berbagai pihak melalui medsos saat mengunggah video latihan.
Kakang, Mbakyu, Pakdhe, Mbokdhe. Iki tim barise sing aneh dewe. Topeng Ireng seje karo liyane. Najan seje tetep pede. Kakang, Mbakyu, Pakdhe, Mbokdhe. Iki tim barise sing aneh dewe. Dandan celonehan kaya ngene. Gawe heboh se-UPTD.
“Doa dan dukungan adalah kekuatan kami, tadinya malu semakin percaya diri,” ungkap Charis senang.
Pawarta: Suci Ayu Latifah
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo, Panitia SLG STKIP PGRI Ponorogo.
Sumber: Harian Surya Surabaya, Rabu, 22 Agustus 2018.
https://surabaya.tribunnews.com/2018/08/22/sukses-karena-tampil-berbeda.
Previous