Menulis untuk Semua Profesi
Dengan menulis, orang memiliki bukti karya. Itu sebabnya, hasil tulisan akan menjadi penanda yang akan dikenang.
Literasi itu tidak hanya milik wilayah bahasa dan sastra. Literasi justru menyebar dan ada dibanyak bidang.
Keyakinan konsep literasi (baca-tulis) ditekankan kepada generasi millenial. Dikemas dalam acara Super Camp yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Penulis (UKM HMP) STKIP PGRI Ponorogo membuat anggota baru HMP 2017 dan panitia antusias.
Proses kreatif kepenulisan Menggapai Masa Depan dengan Literasi Sastra berlangsung 01-02 Desember 2017 tersebut diikuti oleh mahasiswa pendidikan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa. Super Camp mampu mengubah pandangan mereka tentang manfaat menulis yang dapat digunakan untuk semua profesi.
Sutejo, pembimbing UKM HMP mengatakan, literasi adalah alat. Karenanya dapat digunakan untuk apapun. Literasi bisa menghidupi kehidupan manusia, sebagai contoh literasi sastra yakni kemampuan menulis puisi misal, satu puisi jika termuat di media akan mendapat honor. Belum lagi menulis opini dan termuat misal, akan menjadi dorongan, motivasi untuk terus berkarya.
“Banyak tokoh besar yang sukses dari menulis. Uniknya mereka sampai berkelana ke berbagai negara berkat menulis. Sebut saja, Sirikit Syah. Penyair dan cerpenis asal Surabaya itu sudah melalangbuana ke empat benua karena menulis,” ungkap Sutejo meyakinkan.
Karena itu, pesan Sutejo supaya peserta dan panitia memanfaatkan sebaik mungkin untuk mencuri ilmu dari para pemateri. Sebab, mereka bukan orang biasa–sudah teruji alam sehingga dari cerita dan pengalaman menulis akan menjadi serbuk motivasi.
Ada banyak alumnus STKIP PGRI Ponorogo yang menjalani profesi karena kebiasaan menulis. Karena kamupus STKIP PGRI Ponorogo mencetak guru, mereka akan menjadi guru yang memahami literasi dan menularkannya kepada para siswa.
Secara terpisah Achmad Rizal Taufiqi, Ketua Panitia Super Camp menuturkan dalam acara dua hari semalam itu kami akan menggodok peserta dan panitia Super Camp terhadap pemantapan menulis di bidang sastra, seperti puisi dan cerita pendek, serta menulis lainnya macam reportase dan artikel.
“Sebagai pemateri reportase, dihadirkan redaktur majalah Sinja SMP Kauman Ponorogo, Nanang Eko Saputro yang merupakan mantan dari Ketua UKM HMP periode 2013-2015,” tambahnya.
Dengan adanya para pemateri beragam itu, bertujuan meyakinkan peserta dan panitia Super Camp bahwa kegiatan menulis sangat bermanfaat untuk masa depan—apapun profesinya bila seseorang memiliki kemampuan menulis dipastikan tidak akan rugi. (sri wahyuni)
Sastra Perempuan
Dalam bingkai literasi sastra, panitia Super Camp HMP 2017 menghadirkan Sirikit Syah di malam puncak, Jumat (1/12). Kedatangannya membuat peserta bersemangat.
Dengan menarik tema “Proses Kreatif Sastra dan Sikap Kepengarangan Sirikit Syah”. Perempuan yang suka menulis fiksi sejak SD itu memaparkan literasi sastra sangat jarang diminati kaum perempuan. Pada zaman Pujangga Baru dan Balai Pustaka sastra didominasi pengarang laki-laki.
“Perempuan banyak yang tidak berkarya karena sibuk dengan urusan dapur,” jelas Sirikit.
Karena faktor itu, pengarang cerpen Perempuan Suamiku itu hadir menjadi pahlawan sastra. “Suka saja dengan fiksi, karena bebas dan tidak pernah salah atau disalahkan.”
Beberapa hasil karyanya banyak mengangkat tema tentang perempuan, di antaranya Wanita Kedua, Dia Ingin Dimadu, Lelaki dari Masa Lalu, dan lainnya. Salah satu karya terbaik adalah Perempuan Suamiku, dengan pengisahan bagaimana kegelisahan seorang wanita yang tidak mau dipoligami. Karya itu lahir sebagai wujud pemikirannya tentang poligami. Tutur Sirikit, tujuan menulis cerpen poligami, yaitu mengedukasi pemahaman mengenai poligami menurut Islam, mengedukasi tentang toleransi terhadap sesama perempuan, dan bahwa poligami memiliki tanggung jawab besar.
Proses kreatif Sirikit di antaranya melalui tahapan inspirasi dari suatu ilham yang diolah lewat imajinasi dan diperkaya dengan sumber lain di luar ilham. Kemudian tahap inkubasi atau pengeraman karya, dan terakhir kreasi dengan menentukan alur, setting, diksi, style, dan lainnya. (suci ayu latifah)
Komentar
M. Abdul Rois, alumnus UKM HMP periode 2011.
Super Camp 2017 mampu menggiring generasi millenial berpetualang dalam literasi sastra. Luar biasa.
Diana Sofya, peserta Super Camp HMP 2017.
Keren. Sayang hanya dua hari. Kalau seminggu gitu pasti ilmu yang saya dapat banyak.
Septiani Lestari, panitia Super Camp HMP 2017.
Senang bisa bergulat di dunia literasi. Ternyata literasi adalah kunci dari segala profesi.
Muhammad Chabib, peserta dari IAIN Surakarta.
Menarik dan sangat apik karena menghadirkan pembicara dengan background jurnalistik dan penulis yang menghasilkan karya humanis dan penuh integritas.
Pawarta: Sri Wahyuni dan Suci Ayu Latifah
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo, Panitia SLG STKIP PGRI Ponorogo.
Sumber: Harian Surya Surabaya, Selasa, 5 Desember 2017 (kolom Digim@c).