Resensi Buku: Ketika Ego Perlu Terapi
Ada kalanya, manusia dianjurkan untuk intropeksi diri atas apa yang terjadi. Bahagia, sedih, gelisah, khawatir, takut, dan segala pernik perasaan yang seringkali menghampiri. Sadar atas ego yang ada dalam diri. Ingin ini, ingin itu, minta ini, minta itu, semua diinginkan tanpa memertimbangkan kebutuhan atau keinginan semata. Di sini kita bisa memahami, bahwasannya setiap manusia punyai keinginan yang sulit dikontrol. Dan, semua bermuara pada ego.
Bagi Kahija, setiap orang memiliki ego. Ego adalah biang kerok kesusahan hidup kita (hal.ix). Kiranya harus dihadapi dengan tegas. Bilamana dirawat, bahkan dipupuk, yang nama ego akan mencipta sebuah prahara kehidupan. Ia akan menjelma petir, ombak, bahkan badai sekalipun. Kendati itu, buku 1 Terapi Eling lan Awas: Latihan dan Refleksi ini hadir secara apik sebagai buku pedoman sekaligus pencerahan bagi kita supaya ingat dan sadar bahwa dalam diri miliki masalah psikologis. Baik yang disebabkan dari luar maupun dari dalam.
Terapi Eling lan Awas (ELA) diberikan sebagai jalan memahami psikologi dengan kearifan Timur, khususnya kearifan Timur di Indonesia. Tak cukup berteori, buku setebal 144 halaman tersebut juga memberikan latihan dan refleksi secara detail. Sehingga buku tersebut cocok untuk dipelajari dan dipraktikkan semua kalangan guna mengetahui problem batin menurut sudut pandang Psikologi Timur.
Berbahasa lugas, komunikatif, dan santai, penulis mampu menyihir pembaca untuk terus membaca lebih dalam isi buku. Terlebih ada tulisan yang diblok warna biru merupakan kata kunci dari apa yang dituliskan. Tak lupa, sajian ilustrasi gambar pun sangat membantu pembaca untuk berimaji tentang dan bagaimana kerja psikologi dan gerak terapi.
Membaca buku ini, seolah-olah kita setiap hari diajak untuk praktik secara bertahap kurang lebih 1 bulan lebih 5 hari. Sihir penulis dalam membius pembaca untuk mengikuti terapi ELA dilakukan dengan memberikan hari dan kegiatan latihan, serta refleksi apa yang harus dilakukan. Sebutlah pada hari 1, ada orientasi. Pada hari itu kita dikenalkan pada materi pokok orientasi yang di antaranya: barat bertemu timur, alami sendiri, penyebab umum gangguan psikologis, citra manusia sehat, derita dan kehidupan, dan lainnya hingga pada jadwal dan latihan.
Hari 2-35 disajikan dalam bentuk latihan dan refleksi. Adapun pembagian adalah pada hari 2-10 relaksasi dan awas pada badan, hari 11-17 awas pada manas, hari 18-24 awas saat beristirahat, hari 23-31 memaafkan, dan hari 32-35 mengembangkan welas asih.
Sebagaimana kegiatan pengenalan diri, latihan dan refleksi ini dengan mudah diikuti. Misal saja pada hari ke-4, yaitu membuang sampah emosi. Penulis mengajak pembaca untuk melakukan sebuah relaksasi berupa katarsis. Katarsis adalah kegiatan membersihkan diri. Hal-hal yang beraroma negatif, baik pikiran, perasaan dan emosi seperti peristiwa masa lalu untuk meraih ketenangan dan kebahagiaan diri. Tersebab, energi negatif itulah yang merusak dan menggerogoti kita dari dalam (hal. 73).
Baiknya, buku 1 ini tidak berhenti begitu saja. Penulis memiliki buku lanjutan, yaitu Buku 2 tentang Terapi Eing lan Awas: Catatan Manas, Buku 3 tentang Terapi Eling lan Awas: Untaian Skrip, dan Buku 4 tentang Eling lan Awas: Kearifan Timur Nusantara untuk Psikologi. Buku-buku tersebut disajikan bersifat praktis dan saling berhubungan. Sebagai puncak adalah buku 4, yakni pembaca didorong untuk mengenali lebih dekat ajaran-ajaran dalam kearifan Timur Nusanntara.
Harap penulis, hadirnya terapi ELA yang terilhami dari percikan ajaran-ajaran orang bijak di Timur bisa bermanfaat bagi perjalanan kita dalam mengenal dan menyaksikan sendiri akar dari gangguan psikologis yang mengusik hidup kita (hal. xi).
Judul : Buku 1 Terapi Eling lan Awas: Latihan dan Refleksi
Penulis : YF La Kahija
Penerbit : Rua Aksara
Cetakan : April 2019
Tebal : xvi + 144 halaman
ISBN : 978-602-53388-3-0
Peresensi : Suci Ayu Latifah (Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo)
Sumber: Kabar Madura, 3 Juli 2019.