Sutejo Kenalkan Teknik Cepat Menulis Puisi pada Pelajar
Sesuatu yang dekat dan memiliki impresi yang kuat menjadi daya magis ketika dituangkan dalam larik puisi
Ponorogo- Pelatihan menulis yang diselenggarakan SMPN 2 Sukorejo menghadirkan pengagas Sekolah Literasi Gratis Ponorogo Dr. Sutejo, M.Hum. Agenda yang bertujuan untuk meningkat kemampuan literasi itu diikuti puluhan pelajar, Rabu 25 September 2019.
Tampak di hadapan mereka kertas yang telah terisi beberapa coretan. Penulis yang kebetulan berada di ruangan itu melihat langsung beberapa siswa memulai latihan menulis tepatnya puisi. Selaras dengan materi menulis yang akan disampaikan Sutejo, yaitu teknik cepat menulis puisi.
Lelaki yang memenangkan 14 kali lomba menulis nasional itu lantas mengecek tulisan siswa yang mayoritas duduk di kelas 7 dan 8 itu. Ia sesekali memberikan arahan serta masukan pada siswa yang berada di hadapannya. “Menulis puisi itu mudah kok. Nanti belajar bersama saya bagaimana tekniknya” pungkasnya.
Pihaknya juga menyinggung ide tulisan yang tidak terbatas. Sosok orang tua, lingkungan, dan guru salah satu ide paling dekat dan mudah dituangkan dalam menulis. Ia menuturkan sesuatu yang dekat dan memiliki impresi yang kuat menjadi daya magis ketika dituangkan dalam larik puisi.
“Imajinatif, kreatif, kepekaan, estetik bahasa, dan bacaan modal dalam menulis puisi,” tuturnya
Untuk memberikan gambaran nyata menulis puisi itu mudah lantas Sutejo memberikan beberapa teknik jitu menulis puisi. Teknik ini berhasil diterapkan di berbagai pelatihan menulis baik di dalam kota maupun luar kota, tegasnya. Ia lantas mengenalkan dua teknik, yaitu asosiasi dan metafora.
Teknik asosiasi identik dengan kata pembanding (seperti, laksana, bagai), sedangkan untuk teknik metafora membandingkan secara langsung. “Contoh teknik asosiasi, ayah seperti…. Ibu selaksa….dan lain sebagainya,” tuturnya menjelaskan.
Meskipun tanpak sederhana pihaknya berpesan jangan menganggap enteng. Kata sebagai pembanding harus tepat dan tidak asal, sehingga tidak mengubah esensi pesan yang disampaikan. Untuk teknik kedua yaitu metafora, lelaki yang tengah menjabat ketua STKIP PGRI Ponorogo itu mencontohkan dengan tokoh yang sering bersinggung dengan mereka, misalnya guruku adalah matahariku, temanku adalah telaga, dan ibuku adalah rembulan.
“Semua butuh latihan anakku. Jangan lupa membaca, membaca, dan membaca. Saya lihat kalian memiliki potensi luar biasa dalam menulis,” pungkasnya sembari menutup pelatihan menulis siang itu.
Red/ Agus Setiawan (Humas)