Investasi itu Bernama Tulisan
Ponorogo– Minggu (27/10) bertepatan di Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo SLG 2 kembali diselenggarakan. Setelah sukses menghadirkan cerpenis dan novelis handal kali ini menghadirkan tiga tokoh inspiratif.
Tiga tokoh inspiratif itu adalah J. Sumardianta penulis buku jatuh 7 bangkit 8 kali dan Doan Widhiandono redaktur Jawa pos penulis buku Oleh-oleh Jurnalistik dan Eko Endri Saiful wartawan Jawa Pos. Mereka sengaja dihadirkan untuk berbagi dan menginspirasi pelajar, mahasiswa, pendidik, dan kalangan umum yang hadir di Kampus Literasi.
Sekitar 150 peserta dari berbagai kalangan larut dalam materi pagi itu. Mereka antusias menyimak dan sesekali mencatat materi yang disampaikan para pemateri.
J. Sumardianta yang memakai baju batik berwarna kuning serta udeng menghiasi kepalanya menceritakan pengalaman di bidang kepenulisan. Pihaknya menyinggung pernah diundang Kick Andy berkat ketekunan dalam menulis. “Menulis itu investasi bagi orang yang pandai,” ujarnya.
Lelaki yang berprofesi sebagai pendidik itu, juga menyinggung menjelaskan tentang Blendid Literasi dari Guttenberg hingga Zuckerberg. Melalui penjelasannya itu diperoleh beberapa istilah seperti ectio, oratio, meditatio, dan contemplatio dari peradaban Guttenberg.
Sementara, istilah lain yang didapat dari peradaban Zuckerberg antara lain cyber psychology, every body lies, FOMO, dan generasi speed boat. J. Sumardianta juga menceritakan pengalamannya tentang Blendid Literasi seperti Gunung Api purba Langgeran: Menyesap Keheningan di Lembah Watu wayang (Kompas 2009).
Berbagai istilah itu terkesan asing bagi masyarakat. Menurutnya, meskipun masih belum familier harus memahami. Lebih-lebih dapat dijadikan bahan untuk menulis. Baginya, ide menulis itu dapat diperoleh dari mana saja. Tanpa terikan oleh tempat, waktu, dan suasana, jelasnya.
Pak J, sapaan akrabnya juga bercerita tentang tulisannya. Tulisan yang menurutnya begitu berkesan dan bermakna. Tulisan itu bercerita seorang Audrey di majalah Tempo. Tulisan itu mampu membawa nama wanita itu mendunia.
“Hidup saya bermakna jika saya mampu membuat orang lain merasa hebat ” ujar lelaki penulis buku Mendidik Pemenang Bukan Pecundang itu.
Berbeda dengan Doan Widhiandono yang didapuk sebagai pemateri kedua. Ia memakai baju kemeja biru dengan jins. Pembawaan santai berbagai pengalaman menulis utamanya jurnalistik. Berkat keterampilan menulis itu mampu menghantarkan ke luar negeri. Puluhan negara telah dikunjungi, salah satunya Roma Italia.
Setiap kunjungan baginya tidak sekadar jalan-jalan, tetapi mendokumentasikan dalam tulisan. Pihaknya menyebutkan salah satu tulisannya berjudul Mengunjungi Rumah Juliet di Verona Ibu Kota Cinta Dunia.
“Tulisan itu adalah prasasti. Apapun yang kalian temukan dan alami tuangkan dalam tulisan,” tegasnya.
Meski apa yang dialami bisa menjadi tulisan. Ia mengingatkan tiga sumber tulisan, yaitu observasi, interview, referensi, dan menyesuaikan jenis cerita.
J. Sumardianta dan Doan Widiandono pagi itu diteman Eko Endri Saiful yang menjadi moderator di Sekolah Literasi Gratis 2 (SLG). Menariknya Eko Hendri Saiful adalah alumni STKIP PGRI Ponorogo yang sukses berkarier di bidang jurnalistik. Gaya friendly mampu membuat suasana menjadi hangat dan cair.
“Kami akan menghadirkan tokoh-tokoh literasi yang berbeda dan bertabur pengalaman setiap pertemuan. Menyesal jika melewati satu pertemuan saja,” Ujar Sapta Arif selaku Ketua Sekolah Literasi Gratis 2 (SLG).
Red/ Novelia Rindiani (PBJ 2019) dan Humas
Next