Media Massa, Ujung Tombak Pendidikan Bahasa bagi Kaum Muda
Media massa adalah ujung tombak pendidikan bahasa bagi kaum muda. Hal ini diungkapkan Sutejo ketika menutup acara Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Pelaku Media Massa di Kabupaten Ponorogo. Acara yang berlangsung selama dua hari ini merupakan program Balai Bahasa Jawa Timur yang bekerja sama dengan STKIP PGRI Ponorogo.
Dua pemateri inspiratif didatangkan dari Surabaya. Pertama adalah Suyatno, Guru Besar Universitas Negeri Surabaya. Kedua adalah Dian Roesmiati, penyuluh Bahasa Indonesia Balai Bahasa Jawa Timur. Di hari kedua ini, Suyatno menyampaikan materi tentang kalimat Bahasa Indonesia. Dalam materi tersebut, Suyatno mengemukakan pentingnya pengolahan fokus kalimat.
Menurut orang yang pernah diundang ke Istana Negara, media massa telah menjadi media belajar berbahasa bagi masyarakat. Menurut beliau, penggunaan Bahasa Indonesia di media massa telah berulang kali sukses memperkenalkan kata-kata yang tak lazim di masyarakat.
“Pembelajaran Bahasa Indonesia yang baik adalah tentu berbasis pengalaman.” tambahnya ketika diwawancarai oleh tim Humas STKIP PGRI Ponorogo.
Sesi kedua diisi oleh Dian Roesmiati, penyuluh Bahasa Indonesia Balai Bahasa Jawa Timur. Pada kesempatan kali ini, Dian berfokus pada materi bentuk dan pilihan kata. Beliau berpesan tentang mencintai Bahasa Indonesia.
“Cintai Bahasa Indonesia, lestarikan Bahasa Jawa, dan kuasai Bahasa asing adalah semangat yang harus kita usung bersama.” ungkapnya di sela-sela memberikan materi.
Menurut beliau, mencintai Bahasa Indonesia dan menguasai Bahasa asing akan menjadi modal yang kuat dalam berkomunikasi di dunia Internasional.
“Bahasa Indonesia dan bahasa asing penting, namun kita harus ingat, melestarikan bahasa daerah juga merupakan bentuk cinta kita pada Indonesia.” tambahnya ketika diwawancarai oleh tim Humas STKIP PGRI Ponorogo.
Acara Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Pelaku Media Massa di Kabupaten Ponorogo ini ditutup oleh Sutejo. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya peran media massa baik cetak maupun daring dalam mengawal pendidikan Indonesia. Red/ Sapta Arif (Humas STKIP PGRI Ponorogo)