Dengan Sastra Kita Membongkar Ideologi
PONOROGO- Minggu (22/ 19), STKIP PGRI Ponorogo gelar Sekolah Literasi Gratis (SLG) Jilid 2. SLG edisi Desember ini mendatangkan pemateri yang luar biasa dari dunia kesusastraan Indonesia yaitu S. Jai. Ia lahir di kediri dan menerima Anugrah Seni Gubernur Jatim 2015 serta Perai Anugrah Sutasoma 2019″.
S. Jai tertarik pada karya sastra sejak duduk di bangku kelas 4 SD saat dimana dia mulai lancar membaca sehingga dia suka membaca. Sedangkan, pemateri kedua Puji Santosa Penerima Satyalacana Karya Satya 30 tahun dari Presiden. Pertama kali menulis pada saat SMA kelas 8 dan berhasil dimuat disalah satu majalah Jayabaya .
Acara ini di pandu oleh Adip Arifin selaku moderator yang memperkenalkan dan membacakan CV dari kedua pemateri. Dialanjutkan dengan diskusi ringan dengan kedua pemateri yang menceritakan proses kreatif menulis karya sastra. Peserta sangat antusias dalam mendengarkan paparan demi paparan yang disampaikan dari kedua pemateri, kadang kala ada beberapa peserta yang mencatat bagian-bagian penjelasan pemateri yang dirasa penting.
S.Jai dalam penjelasnnya berpendapat mengenai alasanya menulis karya sastra dilatar belakangi dari anggapanya bahwa menciptakan karya sastra itu timbul dari rasa tanggung jawab. Tanggung jawabnya terhadap ilmu yang sudah didapatnya, terhadap gelarnya dan juga tanggung jawab kita semua sebagai khalifah dibumi. Selain itu pandangan S.Jai mengenai kepenulisan karya sasta di sampaikan dalam sebuah tanggapan.
“Menulis sastra bagi saya adalah suatu upaya menjaga diri, memahami diri agar tak kehilangan hak milik sebagai manusia. Semacam cinta yang sesungguhnya, cinta yang berpuasa, cinta yang menahan diri agar terhindar dari kesepian, kecemasan, apalagi kehilangan,” Ujarnya.
Tanggung jawabnya terhadap ilmu yang didapat menjadi tanggung jawab kita semua sebagai khalifah dibumi. Selain itu pandangan S.Jai mengenai kepenulisan karya sasta di sampaikan dalam sebuah tanggapan. “Menulis sastra bagi saya adalah suatu upaya menjaga diri, memahami diri agar tak kehilangan hak milik sebagai manusia. Semacam cinta yang sesungguhnya, cinta yang berpuasa, cinta yang menahan diri agar terhindar dari kesepian, kecemasan, apalagi kehilangan”.
Puji Santosa memaparkan beberapa kunci sukses dan juga motivasi positif yang harus dimiliki seorang sastrawan. Adapun kunci itu menurut Puji Santosa ada 6 yaitu; Sehat Jasmani dan Rohani, Uang senantiasa ada dan selalu bersyukur, memiliki keluarga yang harmonis, memiliki kehidupan sosial yang baik, etika senantiasa dipegang teguh, dan juga harus di dampingi dengan sikap religius yang pas.
Selain itu seorang penulis harus memiliki nilai positif yang harus dikejar seperti motivasi atau dorongan dari dalam diri kita untuk selalu berusaha, kerja keras tanpa mengenal lelah dan putus asa, tekun ,rajin dan pastinya banyak-banyak membaca, dan yang terakhir harus diimbangi dengan doa, ibadah dan sembahyang, tambah Puji Santoso.
Nilai negatif yang harus kita hindari menurut Puji Santosa ini diberi nama-nama yang saat unik sehingga membuat peserta merasa penasaran dan timbulnya rasa ingin tau, seperti halnya kambing hitam yang maksutnya suka menyalahkan orang lain dalam segala permasalahan dan seoerang penulis tidak dibenarkan memiliki sifat tersebut. Ketombe yang berarti suka mencari kejelekan orang lain. Ada PDI yang disingkat dari kata penurunan daya ingat hal ini sangat berpengaruh besar dalam kegagalan sebuah kepenulisan. Untuk menghindarinya kita di anjurkan untuk mencatat dimanapun dan kapanpun saat kita mendapatkanide kepenulisan. Terakhir adalah BAKMI( Bosenan, Aras- arasan, Keset, Males dan Isinan).
Setelah mendengarkan perjalanan kreatif dari kedua tokoh inspiratif ini hendaknya kita lebih semangat lagi dalam mempelajari dan menciptakan sebuah karya sastra. Jangan takut mencoba karena semakin banyak kita praktik maka kreativitas kepenulisan kita akan semakin berkembang.
Acara yang berlangsung di Graha Saraswati itu ditutup dengan kesimpulan dari moderator yang dirangkum dari paparan yang disampaikan dari kedua pemateri, Menulis karya sastra yang baik harus dibiasakan membaca karya sastra yang ada dan selalu membaca tanda-tanda. Sebagai khalifah dibumi kita harus bisa bertanggung jawab dengan apa yang diamanahkan kepada kita salah satunya adalah membaca dan menulis seperti yang ada pada kitab al- qurn.
Pewarta: Lupi Nuryani
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo Pendidikan Bahasa Inggris 2017.