Ubah Pengalaman Jadi Karya Menawan
Ponorogo– Karyawisata menjadi salah satu metode pembelajaran di sekolah. Metode dengan melakukan kunjungan langsung ke objek tertentu sebaga proses pembelajaran. Pembelajaran ini selalu berakhir dengan laporan hasil dari siswa. Laporan hasil ini sering menimbulkan beberapa kendala bagi siswa dan guru pembimbing.
Bagi siswa, laporan dalam bentuk makalah yang sering dilakukan dianggap sidikit memberatkan. Sisi guru pembimbing, hasil laporan selalu kurang maksimal karena pemahaman dan eksplorasi siswa yang kurang mendalam.
Untuk memaksimalkan hasil belajar melalui karyawisata siswa, MTs Ma’arif Munggung Kecamatan Pulung, Ponorogo bekerjasama Tim Literasi STKIP PGRI Ponorogo untuk mengadakan pelatihan menulis, (Sabtu, 01/04).
“Harapan saya dengan pelatihan ini siswa dengan mudah menuliskan pengalamannya. Juga mampu memotivasi siswa dalam membaca dan menulis” ujar Imam Mahfud, S.Pd.I sebagai Waka kesiswaan.
Guru pendamping memberikan porsi lebih dalam mencari dan pembuatannya. Padahal siswa dituntut mandiri dan kreatif. Tugas guru pendamping pra kegiatan dan evaluasi hasilnya. Sehingga, siswa lebih maksimal dalam proses belajarnya, tambahnya.
Pelatihan literasi oleh tim literasi STKIP PGRI Ponorogo bertokus pada penulisan berita dan feature perjalanan. Dua materi dirasa cukup mewakili harapan dari hasil laporan Karyawisata tersebut.
“Terutama feature siswa mudah menuliskannya karena berbasis cerita dari hasil pengalamanyan,” ujar Edy Suprayitno selaku wakil ketua 2 STKIP PGRI Ponorogo.
Ia menambahkan, pendampingan kepenulisan memberikan gambaran siswa untuk memadukan pengalaman dan wawasannya. Dalam praktiknya mereka berangkat tidak dalam pikiran kosong, tetapi sudah ada bayangan yang akan dituliskan.
Sebanyak 80 siswa terlibat dalam pelatihan jurnalistik pagi itu. Siswa dibagi menjadi 3 kelas yang masing-masing didampingi guru kelas dan dua pemantik menulis dari tim literasi STKIP PGRI Ponorogo.
Sapta Arif Nurwahyudin, Frengki Nur Fariya Pratama, dan Agus Setiawan berbagi pengalaman jurnalistik di setiap kelas. Menariknya, terdapat tiga mahasiswa yang ikut serta dalam kegiatan literasi itu. Hera Trisiana, Ridwan Ardiansyah dan Sega terlibat langsung dalam pelatihan itu. Keterlibatan mahasiswa sebagai upaya kampus literasi STKIP PGRI Ponorogo memberikan pengalaman mengajar nyata di ruang kelas.
“Mereka belajar memahami situasi langsung di ruang-ruang kelas. Terlebih sesuai jurusan mereka yaitu pendidikan keguruan,” ujar Heru Setiawan, M.Pd wakil ketua 3 bidang kemahasiswaan.
Tiga mahasiswa itu berbagi pengalaman dan mendampingi menulis siswa kelas 8 itu. Masing-masing siswa dalam kelas khusyuk mengikut pelatihan literasi itu. Meskipun sesekali terdengar riuh berdikusi bersama kelompok dalam menulis baik berita maupun feature laporan perjalanan. Mereka tetap menjalankan tugas untuk belajar menulis.
Setiap kelas meskipun memiliki kesamaan materi, berbeda metode dan gaya mengajarnya. Sapta Arif Nurwahyudin dalam meterinya mengajak siswa mengenal satu Akronim “Adik Simba” yakni apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana. Akronim yang mempermudah siswa dalam mengingat rumus dasar dalam menulis berita itu. Sapta juga mengajak siswa langsung menulis berita. Frengkk Nur Fariya Pratama menerapkan pengalaman praktis. Siswa diajak menulis sesuai pengalaman utamanya ketika berwisata.
“Ketika berwisata mereka menemukan apa saja, hal menarik apa, dan suasana bagaimana. Lalu mereka menuliskannya,” Ungkap Frengky.
Berbeda dengan Agus Setiawan yang menggunakan metode pemodelan. Siswa diberikan penjelasan singkat tentang feature perjalanan lalu diberikan contoh tulisan. Selepas membaca siswa menulis sesuai pengalaman ketika berwisata, cerita Agus.
Pelatihan literasi di MTs Ma’Arif Munggung diakhiri dengan siswa membaca langsung hasil tulisan. Mereka tampak serius mendengarkan, sesekali tertawa kecil melihat temannya salah membaca. Antuasia siswa itu mendapat apresiasi dari para pemantik menulis. Apresiasi berupa buku karya dosen dan mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo. Red/ag Humas