Supiyan: Anak Penjual Sayur yang Sukses Berkarier
Perjalanan seseorang itu sungguh tak dapat ditebak, Tuhan akan mengubah nasib seseorang jika dirinya sendiri berbuat mengubahnya. Supiyan, lelaki desa ini membuktikan bahwa perjuangan dan kebaktian kepada orang tua menjadi sayap langit yang mampu mengubah kehidupannya. “Supiyan lagi ke Pilipina, Pak.” Ucap Simboknya di pasar Tonatan beberapa tahun lalu kepada Sutejo. “Dia sering pulang kok, Pak.”
Sutejo, yang juga besar dan banyak belajar dari kehidupan pasar tradisional, terkesan dengan ibu Supiyan yang sederhana, tampak tak ada keluh-kesah. Ibunya pun, tak tahu jika Sutejo –teman di pasarnya itu sekarang—menjabat sebagai Ketua STKIP PGRI Ponorogo di mana dulu Supiyan berkuliah. “Supiyan itu ketika kuliah sangat cerdas, dia sudah bekerja sebagai Tentor Bahasa Inggris di OHIO English Course (2000 – 2011). Kala itu dia tercatat sebagai angkatan 2000 dan tepat empat tahun setelah lulus secara cemerlang.”
Kiprah dan kegiatan professional Supiyan termasuk mengkilat. Lelaki bergelar magister pendidikan ini, terlahir pada 28 Juli 1980 dan diangkat sebagai PNS pada tahun 2008. Dia tak mampu menyembunyikan kebanggaannya sebagai bagian dari kampus literasi. “Saya bangga jadi alumni STKIP PGRI Ponorogo. Kampus itulah yang jadi pintu kehidupan saya sekarang.” Ucapnya sambil terus mewanti-wanti kepada mahasiswa agar terus kreatif dan siap berkompetisi dalam profesi. “Bekerja keras, berlatih terus, dan tak henti belajar adalah pintu kehidupan. Itulah yang harus dilakukan oleh mahasiswa sekarang. Di samping harus bisa mengikuti dinamikan pekerjaan.”
Selama mahasiswa dia pernah tercatat sebagai juara pertama karya tulis tingkat Kopertis VII Surabaya, di samping dia pernah sebagai ketua senat mahasiswa. Adapun pengalaman bekerja yang digelutinya di antaranya adalah: (i) Guru Bahasa Inggris di SDN Sedarat 2, SDN Sendang 1, SDN Muneng 2, SDN Ngampel 1 (1999 – 2002); (ii) Tentor Bahasa Inggris di OHIO English Course (2000 – 2011); (iii) Guru Bahasa Inggris di SMP Terpadu Ponorogo (2003 – 2007); (iv) Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Ponorogo (2004 – sekarang). “Pengalaman itu terjadi mengalir saja karena kepercayaan diri dan sebuah kerja keras.” Tutur lelaki yang pernah mendapat beasiswa S2 ke Filipina ini.
Sementara itu, pengalaman organisasinya juga mengalir: (i) Kaur Kurikulum SMP Terpadu Ponorogo (2005 – 2007); (ii) Ketua 2 GTT Kab Ponorogo (2004 – 2007); (iii) Pengurus MGMP Bahasa Inggris SMA Kab Ponorogo (2008 – Sekarang); (iv) Kepala Perpustakaan SMAN 1 Ponorogo (2014 -2016); (v) Wakil Kepala Sekolah bid. HUMAS SMAN 1 Ponorogo (2019 – 2020); dan (vi) Wakil Kepala Sekolah Bid. Kurikulum SMAN 1 Ponorogo (2020 – Sekarang). Pengalaman bekerja seperti inilah, yang meneguhkan dirinya mengabdikan diri untuk menggali potensi para siswanya. Lelaki yang gemar bahasa Inggris sejak kecil ini, kemudian banyak menorehkan pengalaman mendampingi para siswanya di SMAN 1 Ponorogo.
Karena itu, lelaki yang merupakan Angeles University Foundation (AUF), Filipina dan UM Malang ini, berpesan agar mahasiswa untuk tidak minder bersaing dengan alumni manapun. “Mahasiswa punya hak kemerdekaan mewujudkan mimpi yang sama.” Ucapnya. “Selama mengikuti perkuliahan di STKIP PGRI Ponorogo, saya mendapatkan layanan akademik yang baik. Mata kuliah yang saya dapatkan sesuai dengan kebutuhan saya selaku mahasiswa yang memang disiapkan untuk menjadi seorang pendidik. Dosen yang mengajarpun selain kompeten di bidangnya, mereka juga praktisi pendidikan yang tidak hanya menguasai teori namun juga pengalaman lapangan yang banyak. Hal ini membuat mahasiswa bisa lebih memahami konten dengan baik. Proses pembelajaran yang lebih banyak menggunakan pola diskusi dan presentasi membuat seluruh mahasiswa lebih merasa “mengalami/engaging” dalam menguasai konten mata kuliah.” Tambah lelaki yang kini dipercaya sebagai Waka akademik di SMAN 1 Ponorogo.
Memang kampus literasi ini selain memiliki layanan akademik, STKIP PGRI Ponorogo juga mewadahi kegiatan pengembangan diri seperti latihan kepemimpinan dan bakat/potensi mahasiswanya. Ada organisasi kemahasiswaan (baca: Senat Mahasiswa) yang merupakan ajang mahasiswa belajar berorganisasi. Di dalam organisasi tersebut ada banyak unit kegiatan mahasiswa yang mewadahi pengembangan bakat baik itu akademik maupun yang non akademik. “Apalagi sekarang begitu banyak beasiswa yang ditawarkan. Bahkan, untuk tahun ini kuliah gratis. Semoga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Karesidenan Madiun. Siapkan diri menjadi pendidikan yang professional itulah branding-visi STKIP PGRI Ponorogo” Ungkap lelaki religious ini penuh harap.
“Jangan ragu-ragu untuk melangkah demi mendapatkan kesuksesan, karena kesuksesan itu adalah ide yang dieksekusi dengan langkah nyata!” tukas lelaki yang mendapat beasiswa S2 Twinning Program ini. “Saya berharap agar seluruh mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo bisa eksis dan bisa menjadi agen perubahan yang baik di masyarakat.”
Pada tahun 2011, lelaki anak penjual sayur dari desa ini mendapatkan kesempatan Beasiswa S2 Twinning Program. Kesempatan ini didapatkan setelah menjalani beberapa rangkaian seleksi. Program ini diprakarsai oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Program gelar ganda; S2 di Universitas Negeri Malang (UM) dan D1 di Angeles University Foundation (AUF), Filipina. Sementara itu, Sutejo sebagai Ketua STKIP PGRI Ponorogo mengapresiasi secara tulus atas perjuangan kreatif Supiyan. “Dia adalah alumni yang penting diteladani. Contoh bahwa kemiskinan bukan hambatan tetapi menjadikan Supiyan terhipnotis untuk mengubahnya.” Perkuliahan di UM ditempuh dalam waktu 2 tahun dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, sedangkan D1 di AUF, Filipina ditempuhnya selama 3 bulan dengan mengambil jurusan Diploma In English Language Teaching. “Ada pelajaran berharga yang saya dapatkan selama di Filipina, diantaranya adalah profesionalisme dan ketulusan dalam mengajar, efisiensi kerja, pola berfikir, kedisiplinan, dan toleransi.” Ucapnya dengan penuh semangat. (Agus Setiawan/Sapta Arif; Humas).