Panen Melimpah berkat Pupuk Dicampur Sekam
Banyak orang yang malas menanam ketela pohon atau singkong karena sulit memanennya. Kendala itu sebenarnya disiasati dengan mengatur kondisi media tanam. Tanah akan subur dan gempur jika dicampur pupuk kandang dan sekam padi.
Jawa Pos_ Kebun seluas 360 meter persegi di kompleks Perumahan Patihan Kidul, Siman, Ponorogo, menjadi jujukan masyarakat. Mereka penasaran dengan kebun singkong milik Sutejo yang berada di tengah perumahan. Sebagian orang sengaja datang untuk meminta bahan makanan yang kaya karbohidrat tersebut.
Suasana di kebun tampak hijau. Ada ratusan tanaman ketela yang umurnya baru menginjak 3 bulan. Tanaman yang berderet rapi terlihat subur dengan ketinggian merata. “Memang sengaja saya Tanami ketela. Kami sekeluarga menyukai singkong,” kata Sutejo saat ditemui Jawa Pos di kebun miliknya.
Kenapa memilih menanam ketela? Bapak tiga anak ini menjelaskan bahwa ketela merupakan jenis tanaman yang kaya manfaat. Hasil kebun diolah menjadi aneka makanan yang menarik.
Bukan hanya kolak. Sutejo juga mengolah hasil panen menjadi brangkal, jemblem, kue jongkong, dan singkon keju. “Yang terakhir (singkong keju, Red) paling enak. Banyak yang datang untuk meminta,” ujar Sutejo.
Menurut ketua STKIP PGRI Ponorogo tersebut, olahan ketela tidak diperjualbelikan. Makanan itu dibagikan secara gratis kepada tetangga dan teman-temannya. Singkong goreng menjadi hidangan khas untuk pengunjung kebun.
Sutejo menuturkan, kebun miliknya tidak ujuk-ujuk muncul. Pandemi Covid-19 pernah membuat pria yang juga hobi menulis itu stress. Dia lantas membongkar rumahnya dan menatanya menjadi kebun. Seiring dengan berjalannya waktu, pengunjung kebun semakin bertambah. Sutejo melengkapi kebunnya dengan perpustakaan. Pengunjung bisa menikmati ketela sambil membaca buku.
Ada tiga jenis ketela yang ditanam di kebun. Yakni, ketela ketan, kuning, dan gajah. Ketiganya memiliki sejumlah perbedaan. Batang ketela ketan berwarna hitam dan lebih kecil. Untuk ketela kuning, warna batangnya kekuning-kuningan.
Berbeda lagi dengan ketela gajah. Batang ketela itu lebih kecil dan bercabang. “Bedanya juga bisa dilihat dari buahnya. Ketela gajah lebih besar dan memuaskan,” ungkap Sutejo.
Agar ketiga jenis ketela subur, Sutejo memiliki sejumlah trik saat menanam. Tanah untuk penanaman lebih dulu diolah. Sutejo mencampur tanah dengan pupuk kandang dan sekam padi. “Keberadaan sekam ini memudahkan saat panen. Tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk mencabut pohon,” ujar Sutejo.
Selama ini memang banyak petani yang mengeluh saat memanen karena ketela sulit dicabut. Hasil panen tidak maksimal lantaran ketela jadi rusak. Menurut Suejo, keberadaan pupuk dan sekam juga berpengaruh pada rasa ketela saat masak. “Kesan langu (pahit) hilang. Lebih enak dimasak,” kata Sutejo.
Terkait dengan bibit, pengajar di STKIP PGRI Ponorogo itu juga punya trik sendiri. Ukuran bibit dari potongan batang tanaman disamakan. Yaitu, 30 sentimeter. Panjang batang yang ditanam disamakan agar berbuah bersamaan.
Tidak semua batang ditancapkan dalam tanah. Hanya 10 sentimeter yang dimasukkan ke media tanam. “Kalau terlalu dalam pertumbuhannya gak maksimal. Jadi harus diatur,” tutur Sutejo.
Dia menyatakan, lahannya sebenarnya bukan lahan untuk singkong. Namun, berkat teknik pengolahan, hasil panen bisa melimpah. Ketela lebih bersih karena tanahnya tidak lengket. (Hen/c14/ai)
Sumber berita:
Jawa Pos, Edisi Minggu 26 Desember 2021.
Previous