Ketika Mahasiswa KKNT Memerah Susu
Pagi di tempat KKNT STKIP PGRI Ponorogo Desa Banaran Pulung tampak lain. Ketika mahasiswa KKNT lain disibukkan dengan aktivitas persiapan ke sekolah, atau pun Balai Desa, justru mereka diserukan lewat aktivitas bersama sapi. Setelah tiga hari membersamai masyarakat Desa Banaran, Kamis (27/1) para mahasiswa diajak ke kandang sapi Jarwo, salah satu warga pemilik sapi perah. Mereka diajarkan cara memerah susu sapi. Cukup menempuh jarak kurang lebih 50 meter mereka tiba di kandang yang terletak di belakang rumah.
“Sempat takut semisal sapinya marah. Tetapi, perasaan itu hilang saat didampingi pemiliknya,” cerita Faza Nahrul Ulum, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2018, usia memerah sapi dan menunjukkan hasil perahannya.
Keseruan hari itu menghiasi posko kedua KKNT ‘Kampus Literasi Indonesia’. Geliat tawa, penasaran, dan rasa takut berlomba-lomba. Para mahasiswa mengamati bagaimana Jarwo, tetangga poskonya menakhlukkan sapi-sapi perahnya. Sembari memerah, lelaki ramah itu mengungkapkan setiap hari melakukan aktivitas serupa. Aktivitas tersebut dilakukan pukul 06.00 WIB, setelah sapi sarapan. Kemudian, pukul 16.00 WIB, setelah diberi makan.
Jarwo, saat ini memiliki tiga sapi perah. Namun, hanya dua sapi yang dapat diambil air susunya. Pihaknya mengungkapkan, sapi satunya sedang hampir tua. Sekitar sembilan bulan usia kandungannya. Sapi pada masa hamil dilarang untuk diperah. Atau, memang memungkinkan diperah di bawah usia kandungan tujuh bulan.
Sevia Dora Fayura, turut berpartisipasi memerah susu sapi. Mahasiswa yang juga Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini memantapkan dirinya setelah diliputi rasa takut dan ragu. Pihaknya, memosisikan diri berjongkok di samping sapi. Kedua tangannya langsung memegang susu sapi sesuai yang diperagakan pemiliknya. Gadis yang biasa disapa Dora tak kunjung berhasil menghasilkan perahan susu sapi. Namun, setelah diarahkan Jarwo, akhirnya susu pun keluar.
“Sapinya sempat tidak mau dengan saya. Namun, begitu didekati pemiliknya langsung luluh,” tutur Dora.
Selain Dora, Ketua KKNT Adi Santosa memberanikan diri jongkok di samping sapi. Berbeda dengan Dora, mahasiswa berpostur tinggi ini sekali memerah langsung keluar susunya. Adi lebih berani dalam memerah. Namun, hasilnya tidak sebanyak pemilik sapinya.
“Susah sekali. Tangan dilumasi sabun sebagai pelicin. Rasanya seperti mau lepas, tidak mampu memegang erat,” ujar mahasiswa yang menjabat Ketua SEMA STKIP PGRI Ponorogo.
Perasaan takut sirna begitu mahasiswa mencoba langsung. Tampak mereka senang begitu mendapat hasil perahan. Para mahasiswa itu pun saling bergantian. Semangat mereka pantang kendor sebelum mendapatkan hasil.
“Sapi-sapinya berukuran besar. Pantas saja, air susu banyak,” gurau Amin Thohari, mahasiswa asal Riau ini.
Setelah selesai memerah susu, para mahasiswa itu pun mengantarkan hasil perahan di suatu tempat. Tempat itu disebut-sebutkan sebagai pengepul susu sapi di Desa Wagir Kidul, batas akhir Desa Banaran. Lokasi menempuh perjalanan sekitar 1.5 meter dari rumah Jarwo.
“Pagi ini sangat seru dan menantang. Setelah bergulat bersama sapi, kami bergulat dengan alam. Kami harus menuntaskan perjalanan melewati persawahan dan jalanan rusak,” cerita Adi.
Pewarta: Adittiya Fatkhurrohman
Editor: Suci Ayu Latifah