Cerita Bima Devisa Artalisananda Unduh Kemenangan di Tahun 2020
Bima Devisa Artalisananda, atau biasa disapa Bima memiliki kepribadian serupa tetapi tidak sama dengan salah satu tokoh pewayangan bernama Bhimasena. Lelaki kelahiran 26 Mei ini berjiwa tegas, berani, dan gagah. Kepribadian itulah yang kini mengantarkannya sampai ke puncak. Perjuangan menempuh sarjana pendidikan diraih dengan seabrek cerita. Begitu pula pencapaian menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukan lagi sekadar mimpi. Sempat mengalami kegagalan, kini keduanya berada dalam genggaman.
Ungkapan bahasa Jawa, sopo sing nandur bakalan panen pantas dilabelkan pada perjuangan Bima. Alumnus STKIP PGRI Ponorogo tahun 2020 itu penuh haru saat menceritakan masa-masanya meraih gelar sarjana, sekaligus lulus CPNS 2019. Dirinya mengungkapkan, hidup butuh diperjuangkan. Batu-batu kecil si Pengusik diri pasti ada. Pemenangnya adalah mereka yang mampu menyingkirkan bebatuan tersebut.
“Saya diberi kekuatan lebih dari sang Pencipta. Kata beberapa orang, saya termasuk orang tidak bisa diam. Banyak hal saya lakukan, seperti perlombaan di bidang olahraga. Mulai dari badminton, lari, tenis meja, bulu tangkis, dan futsal. Kemudian, program pemerintah CPNS, juga saya ikuti,” cerita Bima saat diwawancarai secara daring, Senin (28/3).
Lelaki yang telah 17 kali mengikuti lomba lari tahun 2018-2020 mengungkapkan, pegawai negeri adalah bagian dari capaian hidupnya. Pasalnya, dirinya hidup di lingkungan demikian itu. Termotivasi adik kandungnya, Batara Sena Artalisananda, dia mencoba memasuki formasi Penjaga Tahanan. Diceritakan, adiknya juga menempati formasi sama, hanya saja lebih dulu. Baiknya, waktu memberi cahaya menuju ke sana. Di tahun 2020, lelaki berperawakan kurus ini resmi tergabung di UPT Rutan Kelas IIb Ponorogo bagian panjaga tahanan atau sipir.
Sempat dua kali gagal CPNS, ketiga kalinya bangkit, dan akhirnya lulus. Peraih juara I Kompetensi Tenis Meja Nomor Tunggal 2018 membongkar tips dan triknya lulus CPNS. Pertama, niat dan doa yang kuat sebagai ujung tombak keberuntungan. Kedua, senantiasa mencari informasi-informasi berkaitan tentang CPNS di semua media. Ketiga, mengikuti sosial media instansi yang akan dituju. Keempat, mencari komunitas atau grub media sosial yang mengikuti seleksi satu formasi supaya tidak ketinggalan informasi. Kelima, temukan gaya belajar dan manajemen waktu. Keenam, olahraga dan istirahat cukup untuk melatih konsentrasi. Ketujuh, temukan media belajar sesuai karakter atau gaya belajar. Kedelapan, pelajari kisi-kisi soal yang diujikan. Kesembilan, cari lingkungan belajar yang tepat. Terakhir, membuat jadwal rutinitas belajar.
“Sering mengerjakan soal-soal kategori sulit supaya menemukan cara cepat untuk menyelesaikannya,” jelas lelaki berdomisili jalan Anilo 14 Kelurahan Pakunden Kecamatan Ponorogo.
Lebih lanjut, Bima menuturkan persiapan tes CPNS hanya 6 bulan. Pada saat itu lelaki yang dekat dengan dosen Almh. Hestri Hurustyanti sedang menjalankan PPL di salah satu SMP di Ponorogo. Kemudian, pada bulan kelima menjalankan program lembaga, yaitu Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKNT). Pilihan sudah menjadi risiko. Bima memperketat diri. Terlebih saat itu diberi tanggung jawab sebagai ketua di poskonya.
“Waktu sangat berharga. Saya mesti cakap membagi waktu antara saya harus belajar, kampus, olahraga, kemasyarakatan, dan kesempatan lain. Wara-wiri pasti, tenaga habis pikiran pun terkuras. Saya olahraga untuk melepas kepenatan,” terang lelaki kelahiran 1996.
Secara tegas, lelaki lulusan sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menghitung estimasi waktu belajar. Setiap harinya, dia menghabiskan waktu sekitar 3 jam belajar teori dan 2 jam untuk praktik. Lelaki berambut lurus itu pun cerita kegentingan semasa persiapan tes. “Baru seminggu melaksanakan program KKN di Kecamatan Sooko, saya mengikuti tes di Surabaya, sekitar bulan Februari. Semua mendukung, teman-teman bisa memahami kondisi ini. Ya, memang pasti ada risiko yang akan saya hadapi. Saya sudah memprediksi dan mempersiapkan bekal untuk itu.” Kenang Bima saat dirinya berjuang lulus CPNS di tengah menjalankan program kuliah.
Akhirnya, buah perjuangan Bima tidak sia-sia. Urusan kuliah dan CPNS dapat dituntaskan. Pihaknya menelan senyum atas pencapaiannya. Buah yang ditanam telah dipetik untuk dimakan dan dinikmati bersama keluarga, serta orang lain. Oktober 2020, dirinya resmi menjadi sarjana sekaligus merayakan pesta wisuda bersama teman-teman seangkatan.
“Rasanya mimpi bisa melewati momen-momen genting, mendebarkan, sekaligus menggembirakan seperti waktu itu,” ungkap anak sulung dari Alm. Sugiyarto dan Lilis Hendro Sajekti.
Terlepas dari pekerjaannya di penjaga tahanan, ilmu-ilmu yang didapat saat kuliah tetap bermanfaat baginya.
Dirinya berpikir, guru bukan berarti mengajar di kelas. Akan tetapi, bersama masyarakat melakukan pembinaan termasuk bagian dari cara penyampaian ilmu. “Tugas dan fungsi saya di dalam aparatur pemasyarakatan adalah membina dan membimbing, serta mengarahkan warga binaan agar nantinya dapat diterima masyarakat dengan keadaan yang lebih baik.”
Lelaki peraih juara III Trail Run 7 KM (2019) ini mengungkapkan, mendapat ilmu beragam dari STKIP PGRI Ponorogo. Dosen-dosen tidak saja mengajarkan ilmu-ilmu ihwal keguruan tetapi juga ilmu hidup. Para dosen sering bercerita rahasia orang-orang sukses sebagai pemantik semangat mahasiswa.
“Beberapa dosen, selain mengajar juga ada yang bisnis. Beliau sering bercerita kehidupannya sehari-hari. Tidak ada yang terbuang ilmu-ilmu saat kuliah. Saya modeli untuk kehidupan saya, seperti keberanian berkeputusan, meningkatkan pasion hidup, berjuang keras demi masa depan, dan menemukan jati diri,” tutur Bima, peraih juara I & II kompetisi tenis meja nomor ganda tahun 2017 dan 2018.
Di akhir, Bima berpesan supaya memaksimalkan waktu yang diberikan Tuhan. Waktu sebenarnya sangat cepat, manusia tidak bisa mengompromikan waktu mengikuti permainan kita. Begitu pula kerja keras, semakin banyak sandungan semakin matang mental kepribadian seseorang.
“Sepertinya karakter Bima pada tokoh pewayangan menular ke saya. Pemberian nama orang tua, bagian dari harapan beliau,” ungkapnya senang setelah mengingat deretan perjuangan. []
Pewarta: Suci Ayu Latifah