Nekat, Yeni Tetap Ikut Lomba Puisi Saat Sakit
Kediri, menjadi kota yang turut menabung kenangan bagi Yeni. Setelah menjajaki beberapa kota dalam rangka perlombaan baca puisi rupanya kota ini juga bagian dari sejarah yang bisa diceritakan.
Bulan Mei-Juni merupakan bulan haru bagi Yeni Kartikasari. Saat dirinya dipercaya almamaternya, kampus STKIP PGRI Ponorogo sebagai kontingen lomba baca puisi, Yeni justru sakit. Serangan flu dan batuk membuatnya kehilangan suara. Mahasiswa progra studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini tidak berhasil berlatih maksimal. Pikirannya sempit untuk sekadar masuk 10 besar. Namun, hal itu terpatahkan ketika dirinya dinyatakan masuk babak final.
“Persiapan lomba baca puisi sangat tidak melegakan, saya tidak bisa berlatih lantaran suara parau dan tenggorokan sakit. Sampai dua hari sebelum ke Kediri, saya memaksakan cek suara dengan ditemani Adelya sampai malam. Suara semakin memburuk dan muncul rasa sakit saat menelan ludah,” cerita mahasiwa semester 6, kemarin (13/6).
Mahasiswa yang sering menjuarai cipta dan baca puisi ini lanjut bercerita. Lomba yang diikuti terdiri dari dua babak, yakni babak penyisihan dan babak final. Dalam babak final, peserta diharuskan memilih dua puisi dari 7 puisi pilihan. Saat itu, Yeni memilih puisi Pamplet Cinta karya WS Rendra dan Di Pemakaman karya Sapardi Djoko Damono. “Saya dan Dona, adik angkatan didampingi oleh dosen dalam menafsirkan makna dan isi puisi. Kami diskusi hingga menemukan maknanya, lalu mencoba memberikan penandaan pembacaan di setiap larik-larik puisi.”
Dalam pendampingan dengan dosennya, Sapta Arif, Yeni mendapat ilmu dan pengalaman baru dalam membaca puisi. Kemampuannya, semakin bertambah sehingga pada babak final mendapati puisi Aku Kanaya karya Rini Intama dapat membacakan dengan maksimal. 30 menit berlatih, mahasiswa mantan Ketua UKMI menemukan makna puisi dengan dibantu pendamping lomba, Ruli, penulis sekaligus mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo. Puisi Aku Kanaya menceritakan tentang anak bernama Kanaya mengenang tembang Kawih, salah satu tembang dari Sunda. Kanaya menceritakan soal kerinduan kampung halaman, luka-luka.
“Kalau bercerita lomba, saya terkejutnya dua kali. Pertama karena mendapat urutan pertama, dan kedua adalah saat nama saya disebut sebagai peraih medali perunggu. Manjur juga berkat minum 1 botol kaca UC 1000, 1 botol UC Isotonic, 1 botol UC susu, 2 Aqua, 1 tablet permen strepsil, dan seperempat botol laserin, suara lebih enakan meskipun perut yang kalah,” gurau Yeni saat menceritakan pengalamannya dalam Pekan Olahraga dan Seni Nasional Mahasiswa (PORSENASMA) di UNP Kediri.
Pewarta: Suci Ayu Latifah