Tumbuhkan Literasi Lewat Ngaji Sastra Jawa
Ponorogo (beritajatim.com) – Gema literasi terus digaungkan di Kabupaten Ponorogo. Teranyar, bertempat di Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo diadakan kegiatan Ngaji Sastra Jawa. Narasumber yang didatangkan pun tidak kaleng-kaleng, mereka yang benar-benar expert di dalam sastra Jawa. Yakni dosen Unusa yang juga pegiat sastra Jawa, Suharmono Kasihun, pemimpin redaksi Majalah Jayabaya Widodo Basuki dan Presiden Gurit Jawa Timur, Aming Aminoedhin.
Tak ayal, puluhan peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru tingkat SMP dan SMA serta dosen pun larut dalam kegiatan yang bertema Urup Urubing Kasusastraan Jawi Gagrag Anyar itu.
“Masing-masing pemateri menceritakan bagaimana proses kreatif dalam menulis sastra Jawa. Bahkan, Aming Amonoedhin, sang Presiden Gurit Jawa Timur dengan semangat melantunkan karyanya dihadapan puluhan peserta,” ungkap Ketua STKIP PGRI Ponorogo, Sutejo, Sabtu (2/7/2022).
Tidak terlalu berlebihan jika kampus STKIP PGRI Ponorogo ini disebut sebagai kampus pelopor literasi Indonesia. Sebab, kegiatan literasi konsisten selalu diadakan oleh kampus tersebut. Sutejo mengatakan bahwa gelaran Ngaji Sastra Jawa ini, merupakan rangkaian dari kegiatan Sekolah Literasi Gratis (SLG) II. Di bulan lalu, pihaknya juga mendatangkan dua pemateri dalam sastra Indonesia.
“Bulan lalu kami juga melakukan kegiatan literasi, pematerinya yakni penulis novel dari Nusa Tenggara Timur, Felix K. Nesi dan Denny Mizhar, pemilik griya buku Pelangi Sastra,” kata peraih penghargaan Beritajatim Award di bidang literasi tahun 2021 itu.
Kegiatan Ngaji sastra Jawa itu, juga sebagai penanda 5 tahun sudah Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa (PBJ) hadir di kampus tersebut. Sebagai salah satu kampus yang memiliki jurusan bahasa Jawa, pihak kampus ingin memperkenalkan dan mendekatkan sastra Jawa, khususnya bagi mahasiswa dan generasi muda.
“Sudah saatnya minat sastra Jawa ditularkan kepada generasi muda,” kata Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa (PBJ), STKIP PGRI Ponorogo, Fitriana Kartikasari.
Sastra Jawa mesti hidup lewat karya-karya baru dalam bidang kasusastraan, seperti geguritan dan cerkak. Di Jawa Timur, kata Fitri ada majalah Jaya Baya dan Penjebar Semangat yang dapat dijadikan ladang mahasiswa menuliskan sastra Jawa. Aroma seni Jawa turut menghidupkan suasana di gedung Graha Saraswati itu.
Bagaiamana tidak, permainan gamelan dan tetembang Jawa ditampilkan para mahasiswa PBJ. Miya Aliful Lutfiana, mahasiswa PBJ menembangkan lagu Rerepan Rasa, dan Rizka, yang juga mahasiswa PBJ membacakan sebuah geguritan karya Widodo Basuki. “Insyaallah ngaji sastra Jawa akan hadir kembali, supaya kasusastraan Jawa lestari dan semakin diminati oleh generasi muda,” pungkas Fitri. (end/kun)
Sumber berita: beritajatim.com