Joyfull Learning: Ajang Mahasiswa Kembangkan Kreativitas
Ponorogo—Senin (1/8) Berbekal pengetahuan dan pengalaman selama enam semester perkuliahan. Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo melaksanakan program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di berbagai wilayah di Kabupaten Ponorogo. Salah satu instansi yang disasar adalah SMP Terpadu Ponorogo. Sejumlah 9 mahasiswa dari program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Bahasa Jawa tampak antusias memulai kegiatan itu.
Sesuai tagline STKIP PGRI Ponorogo sebagai pelopor kampus literasi nasional dan pencetak guru yang profesional. Kegiatan yang diawali oleh observasi dan serah terima mahasiswa dari STKIP PGRI Ponorogo ke SMP Terpadu Ponorogo disambut baik oleh kepala sekolah. Mulyadi selaku kepala sekolah SMP Terpadu Ponorogo mengungkapkan iklim pembelajaran yang telah dikembangkan, yakni basis pembelajaran joyfull learning. Joyfull learning biasa disebut sebagai pembelajaran yang menyenangkan adalah sebuah upaya dalam mendidik siswa sesuai keinginan dan tidak mengekang.
“Mahasiswa PPL kalau masuk kelas harus senyum dan gembira supaya siswa yang dididik juga sama-sama senang,” candanya disela-sela percakapan.
Di lihat dari rekam jejak SMP Terpadu Ponorogo dalam bidang prestasi. Pencapaian di awal tahun cukup membanggakan, di antaranya peringkat 5 di ajang Kompetisi Sains Nasional bidang Matematika dan harapan 1 di ajang Kompetisi Olahraga Siswa Nasional kategori Karate Putra. Sedangkan di tahun-tahun sebelumya juga menorehkan prestasi di bidang Olympiade, Baca Puisi, Atlentik, Tahfizul Qur’an dan Story Telling.
PPL yang menjadi ajang mahasiswa dalam mengembangkan kreativitas dan mengimplementasikan ilmu di bangku perkuliahan ini dibersamai oleh Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Ardian Pitra yang menjadi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dari prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia turut menawarkan kepada pihak SMP Terpadu Ponorogo supaya memberikan wadah terhadap mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman selain mengajar, yakni membantu guru piket, ekstrakulikuler, dan kegiatan sekolah.
Ardian memaparkan bahwa mahasiswa harus menggali kemampuan dan menularkan semangat pendidik sesuai kompetensi guru yang mencakup kompetensi pedagogik, personal, sosial, dan profesional dalam PPL kali ini. Dalam sesi penyerahan mahasiswa, pihaknya juga menyampaikan pengalaman mahasiswa yang sebelumnya telah menjadi guru dan menggeluti dunia pendidikan.
“Mohon bimbingan untuk mahasiswa kami. Barangkali jika ada yang nakal bisa langsung ditegur,” ucapnya mencairkan suasana.
Sementara Ahmad Pramudiyanto yang menjadi DPL prodi Pendidikan Bahasa Jawa turut menuturkan tentang etika dan tindak tutur dalam mengajar. Pihaknya menjelaskan bahwa mahasiswa PPL telah menjadi keluarga besar SMP Terpadu Ponorogo. Pram, sapaan akrabnya lebih memfokuskan mahasiswa untuk menjalin kebersamaan, koordinasi, dan bersiap sebelum mengajar.
Hal ini selaras dengan pernyataan guru pamong bahwa sebelum mahasiswa masuk ke kelas agar berkonsultasi mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan guna mengenal iklim pembelajaran siswa dan keefektifan dalam mengajar. Tentu suatu keberuntungan bagi mahasiswa, guru pamong selayaknya dosen sendiri yang dapat diajak bertukar pendapat tentang RPP dan Media pembelajaran yang akan digunakan.
“Tetap santai, tapi serius. Siswa di sini lebih suka belajar di luar kelas dan game interaktif,” ungkap Ika, salah satu guru pamong.
Kegiatan serah terima yang berlanjut observasi disambut antusias oleh mahasiswa. Menariknya mahasiswa diberikan kesempatan masuk bersama-sama dan mengajar siswa bermain selama satu jam mata pelajaran. Tentu, hal ini dilakukan guru pamong untuk mengenalkan konsep kekeluargaan yang mengikat di sekolah tersebut. Konsep kekeluargaan itu dibuktikan dengan keunikan kantin sekolah yang dikelola oleh guru-guru dan model penilaian/ evaluasi praktik mahasiswa yang dilakukan oleh siswa dengan angket.
“Bukan hanya guru pamong dan DPL, siswa kami akan ikut memberikan kontribusi penilaiannya sebagai bagian yang terlibat dalam pembelajaran,” ucap Mawar, bagian kurikulum SMP Terpadu Ponorogo.
Sutejo selaku Ketua STKIP PGRI Ponorogo yang sebelumnya memberikan pembekalan bagi mahasiswa PPL tentang posisi guru yang juga menjadi sosok motivator, pendamping, dan pengembala siswa agar bisa cerdas secara akademik dan moralitas, tampak memberikan peluang bagi mahasiswa PPL untuk berjuang menjadi sejatinya guru.
“Saya senang, siswa di sini aktif dan responsif. Dua jam pembelajaran terasa singkat karena materi dalapat dikemas dengan bercanda.” pungkas Riska Antika, mahasiswa PPL prodi Pendidikan Bahasa Jawa. []
Pewarta: Yeni Kartikasari/ PBSI 2019
Next