Berguru Seni Mengajar Siswa Milenial Pasca Pandemi
Pandemi COVID-19 memberikan perubahan hebat dalam dunia pendidikan. Selama kurun waktu dua tahun, guru dan siswa dipaksa untuk melaksanakan pembelajaran dalam bentuk yang baru. Pembelajaran moda daring yang dilaksanakan selama pandemi, tentunya memberikan efek yang luar biasa dalam interaksi pembelajaran. Sedikit banyak pelaksanaan moda daring mengubah pula karakteristik siswa yang seharusnya mendapatkan paparan interaksi sosial sesuai dengan perkembangan mental usianya. Disrupsi dalam bidang kesehatan dengan pengaruh besar pada penggunaan teknologi pembelajaran ini menghadirkan tantangan baru bagi para pendidik.
Perubahan merupakan keniscayaan, terutama dalam bidang pendidikan. Sebagai calon pendidik profesional, mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo harus turut mempelajari perubahan maupun cara bersinergi dengan perubahan tersebut. Kegiatan PPL II merupakan salah satu cara efektif untuk mempelajari perubahan dan cara bersinergi dengan perubahan. Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung mengenai kondisi faktual dari siswa dan proses pembelajaran yang berlangsung pasca pandemi. Peralihan moda pembelajaran dari daring menjadi luring kembali, tentunya menimbulkan beberapa perubahan dalam langkah-langkah pembelajaran untuk siswa-siswa milenial yang mulai terbiasa dengan moda daring.
Karakteristik siswa milenial yang familiar dengan penggunaan teknologi namun mudah bosan, membuat guru memiliki kreativitas untuk mengolah metode dan media yang dapat membuat mereka melaksanakan kegiatan pembelajaran efektif dan bermakna. Untuk itu, para calon guru harus mendapatkan pelatihan dan pengalaman langsung dengan menghadapi situasi mengajar yang sebenarnya agar dapat mengidentifikasi kebutuhan siswa milenial paska pandemi. Identifikasi ini diperlukan oleh para calon guru untuk menajamkan jiwa mengajar mereka. Bagaimanapun, mengajar dapat dianggap sebagai sebuah seni. Mengajar tanpa mencurahkan segenap perasaan dan membulatkan tekad jiwa, akan berakibat pada suasana pembelajaran yang kaku, membosankan, bahkan mungkin menegangkan. Suasana tersebut bisa jadi malah akan membuat siswa-siswa milenial patah arang dalam menempuh pendidikan formal.
SMK PGRI 1 Ponorogo yang telah berdiri semenjak tahun 1977, dan pernah menjadi penyelenggara program Bisnis Manajemen terbaik di Jawa Timur merupakan pilihan sekolah praktikan yang tepat bagi para mahasiswa calon guru dari STKIP PGRI Ponorogo. Para guru profesional di sekolah ini antusias memberikan arahan dan berbagai saran bagi para mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo yang menjadi praktikan mengajar. Guru-guru pamong yang ditunjuk juga tidak segan-segan membagikan berbagai tips untuk meningkatkan kemampuan mengajar para praktikan. Mereka juga memberikan pendampingan pada setiap praktek mengajar yang dilakukan oleh para mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo. Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo yang menjadi praktikan mengajar di SMK PGRI 1 Ponorogo juga merasakan banyak manfaat dari kegiatan ini. “Kegiatan PPL II di SMK PGRI 1 Ponorogo memberikan banyak contoh nyata pentingnya seni mengajar untuk menghadapi siswa milenial pasca pandemi”, ungkap Dimas Wahyu Erdianto, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
Adelya Hesty Setyorini, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa, menambahkan bahwa PPL II di SMK PGRI 1 Ponorogo memberinya banyak pengetahuan baru, terutama seputar administrasi pembelajaran dan pengelolaan kelas. Hal senada juga diungkapkan oleh Gista Septina Putri, mahasiswa praktikan dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia “Kami sangat beruntung bisa dibimbing oleh para guru pamong yang mumpuni di bidangnya dan tidak pelit berbagi ilmu”.
Kamis (01/09) merupakan salah satu hari yang bersejarah dalam pelaksanaan PPL II di SMK PGRI 1 Ponorogo. Hari itu diadakan Closing Ceremony untuk menandai tunainya tugas praktik mengajar di sekolah tersebut. Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Sekolah, guru pamong, dosen pembimbing lapangan dan para praktikan PPL II. Dalam kesempatan itu, Drs. Harsono, Waka Kurikulum SMK PGRI 1 Ponorogo sekaligus guru pamong Bahasa Indonesia memberikan wejangan bahwa menjadi guru profesional membutuhkan ketekunan dan keteguhan hati, terutama dalam melaksanakan seluruh tuntutan profesi.
“Guru yang profesional adalah guru yang mampu melaksanakan proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran” ungkap beliau.
Kemampuan guru dalam melaksanakan proses-proses tersebut tentunya harus dilatih secara terus menerus. Kegiatan PPL II bagi mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo merupakan langkah awal bagi para calon pendidik profesional untuk mampu menyesuaikan diri dengan tantangan perubahan zaman. Kepala SMK PGRI 1 Ponorogo, Djemito, S.Pd, M.Ag, menambahkan bahwa kegiatan PPL II ini juga merupakan salah satu langkah para calon pendidik profesional untuk dapat mengabdi di masyarakat dan mematangkan persiapan untuk mewarnai masyarakat dengan keluhuran budi serta kemantapan kompetensi dari seorang Sarjana sejati.
Pewarta:
Septiana Kumala Dewi (PBI 2019) dan Bayu Dwi Saputra (PBJ 2019)
Next