Mengenal Diri, Mengulik Prestasi
OSMA 2022 merupakan singkatan atau kependekan dari acara kampus yaitu Orientasi Studi Mahasiswa. Acara ini diperuntukkan untuk semua mahasiswa baru dari masing-masing program studi. Acara OSMA kali ini diselenggarakan mulai hari Rabu tanggal 14 September sampai hari Sabtu tanggal 17 September 2022.
Rabu, 14 September merupakan acara pembukaan sekaligus pemberian materi dari ketua STKIP PGRI Ponorogo, dan wakil ketua I, II, dan III. Acara itu bertempat di graha Saraswati dan dihadiri oleh 187 mahasiswa baru dari masing-masing prodi. Mahasiswa baru tersebut terdiri dari 117 mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), 25 mahasiswa dari program studi Pendidikan Bahasa Inggri (PBI), 17 mahasiswa dari program studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan sejumlah 28 mahasiswa dari program studi Pendidikan Bahasa Jawa (PBJ).
Pembukaan dimulai pukul 09:00 WIB. Setelah acara pembukaan selesai, peserta langsung disuguhi materi dari ketua STKIP PGRI Ponorogo. Sosok yang selalu hangat dan akrab disapa “Bapak” oleh para mahasiswanya ini mengisi materi yang bertajuk “Mengenal Diri, Mengulik Prestasi.” Dalam kesempatan tersebut Sutejo membuka sesi dengan berbincang-bincang seputar bagaimana menemukan potensi dalam diri. Alunan musik menambah kekhusyukan dan penghayatan mahasiswa dalam menyimak kalimat demi kalimat yang disampaikan.
Di tengah-tengah sesi, ketua STKIP PGRI Ponorogo itu memanggil salah satu mahasiswanya. Mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa semester tiga program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sesuai dengan materi yang diusung, Ikhsanudin atau mahasiswa yang kerap dipanggil “Ihsan” itu maju ke depan untuk menceritakan sedikit proses kreatifnya saat menulis buku. “Dulu itu tidak menyangka bisa menulis buku. Tapi, suatu ketika saat membaca tulisan-tulisan yang inspiratif, saya ada keinginan untuk bisa menulis seperti itu juga. Sampai akhirnya saya mencoba menulis ulang dengan kata-kata saya sendiri hikmah yang saya tangkap tiap kali saya menemukan kutipan inspiratif dari buku-buku yang saya baca. Kemudian saya mengunggah tulisan-tulisan itu di instagram”, tutur mahasiswa yang saat ini telah menelurkan lima buku itu.
Para mahasiswa menyimak dengan antusias, tak jarang gelak tawa mengisi ruangan graha di sela-sela cerita. “Setiap buku yang saya tulis selalu berangkat dari pengalam dan kegelisahan saya. Entah menjadi apapun kita nanti, kitab isa menjadi penulis. Pun tidak harus mengambil program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra untuk menjadi seorang penulis buku”, jelas Ikhsanudin.
Setelah mahasiswa kelahiran Aceh itu menutup ceritanya, Sutejo melanjutkan sesi dengan sebuah kegiatan semacam relaksasi dan renungan. Mahasiswa diminta memejamkan mata, lalu membayangkan sebuah keadaan di mana mereka tengah bersama ibu mereka masing-masing. Dosen pengampu mata kuliah kritik sastra itu lewat ceritanya berusaha menyuntikkan dan mentrasfer hal-hal poistif ke dalam diri tiap-tiap mahasiswa. Suasana haru dan isak tangis menyelimuti ruangan. Mahasiswa tampak tenggelam dalam perenungan.
Dalam kesempatan tersebut, Sutejo juga menyelipkan afirmasi-afirmasi positif agar setiap mahasiswa mampu menerima kekurangan yang ada dalam diri mereka masing-masing. Hal itu ditujukan agar mahasiswa dapat mengenal diri mereka dan bisa memperbaiki kekurangan yang ada. Di akhir sesi Sutejo meminta panitia membagikan selembar kertas putih untuk dibagikan ke mahasiswa. Mahasiswa diberi instruksi menulis kekurangan dan kelebihan yang mereka punya pada selembar kertas tersebut.
Sutejo menganjurkan mahasiswa untuk melakukan relaksasi setiap sebelum dan sesudah tidur kurang lebih lima sampai sepuluh menit setiap hari. Utamanya untuk mengingat dan menulis impian-impian yang ingin diraih. Lewat kegiatan tersebut, Sutejo berharap para mahasiswa dapat mengenal potensi mereka masing-masing.
“Tidak ada yang tidak mungkin. Pelaut yang besar atau ulung tidak mungkin terlahir dari gelombang kecil. Begitu juga jika kalian ingin menjadi pohon yang besar. Pohon yang besar tidak mungkin menghadapi angin yang kecil. Pepatah India mengatakan pohon semakin tinggi menjulang dan semakin besar, maka akan semakin besar pula angin yang menerpanya. Tapi yang perlu dicatat, pohon yang besar tidak mungkin tumbang dalam sekali tebang”, ungkap Sutejo.
“Kekuatannya terletak pada diri, keyakinan, dan pikiran anda. Jangan lupa berusaha, terus berproses, dan tetap fokus dengan cita-cita anda”, tambah Sutejo sebelum menutup sesinya. []
Pewarta: Ikhsanudin PBSI B 2021