Ngaji Sastra Edisi September, Hadirkan Sastrawan dari 3 Provinsi
Sabtu (24/9) Program studi Pendidikan Bahasa Jawa STKIP PGRI Ponorogo kembali menggelar Ngaji Sastra. Kegiatan ini berlangsung di Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo. Dihadiri oleh segenap civitas akademika dan tamu dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur kegiatan rutin ini mengusung tema “Transformasi Naskah Kuno dan Pengalaman Hidup dalam Sastra Jawa Kekinian”.
“Acara ini rutin diselenggarakan sebulan sekali. Edisi kali ini, kami mengundang tiga sastrawan penulis karya Jawa yang prestasinya sudah diakui nasional.” tutur Sutejo, Ketua STKIP PGRI Ponorogo sekaligus penggagas acara Ngaji Sastra ini.
Acara yang dibuka oleh tim karawitan “Diwangkara Gangsa” mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa STKIP PGRI Ponorogo ini berlangsung meriah. Alunan gamelan beradu dengan suara sindhen-sindhen yang mendayu mengantarkan diskusi pagi itu semakin berkesan. Bapak Sutejo, Ketua STKIP PGRI Ponorogo menyampaikan rasa bangganya karena kegiatan rutin gagasannya ini mendapat hati di kalangan civitas akademika STKIP PGRI Ponorogo dan para sastrawan baik regional maupun nasional.
Hadir sebagai pembicara tiga pemateri dari tiga provinsi berbeda. Pertama, Budi Sardjono berasal dari Jogjakarta. Penulis buku “Prau Layar ing Kali Opak” ini membawakan materi berjudul “Buku, Riset, Data, dan Imajinasi”. Pada kesempatan ini, Budi Sardjono menceritakan bagaimana upayanya melakukan riset di setiap novel yang telah ia tulis.
Tito Setyo Budi, sebagai pemateri kedua menceritakan perjalanan proses kreatif kekaryaannya. Lelaki yang telah merengkuh gelar doktoral yang berfokus pada musik keroncong ini mengamini pendapat Budi Sardjono tentang pentingnya riset dalam menulis. Sastrawan asal Sragen (Jawa Tengah) ini, bercerita bagaimana susah payahnya penulis dulu untuk menembus media.
“Dulu, penulis media pasti akrab dengan wesel. Di rumah, saya mengumpulkan wesel-wesel pemuatan karya sampai setinggi ini (setengah meter).” pernyataan penulis yang kerap menggunakan nama pena “Daniel Tito” ini membuat peserta Ngaji Sastra berdecak kagum.
Sesi ketiga, diisi oleh Tulus Setiyadi. Penulis asal Madiun (Jawa Timur) ini, memotivasi peserta dengan materinya yang berjudul “Ngoyak Gegayuhan Nunggang Pangangen”. Penulis puluhan buku berbahasa Jawa ini, mengingatkan betapa beruntungnya menjadi mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo. Adanya fasilitas kegiatan Ngaji Sastra, menurutnya bisa menjadi cambuk untuk produktif berkarya. Utamanya di ranah Sastra Jawa.
“Niat saja tidak cukup! Anda butuh tekad yang kuat.” tutur Tulus dengan berapi-api.
Selain dimeriahkan oleh Diwangkara Gangsa, satu persatu satu mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo unjuk kebolehan dengan penampilan geguritan yang menakjubkan. Aryn, Dona (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa), dan Zaky (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) membawakan geguritan dengan menyenntuh. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo tidak kalah jika dibandingkan dengan mahasiswa perguruan tinggi lainnya.
Sementara itu, Fitri Kartika Sari mengatakan bahwa adanya Ngaji Sastra ini memberikan ruang penuh bagi mahasiswa untuk berkarya di luar kelas. Pihaknya kembali menyatakan komitmen untuk terus mendukung lahir dan berkembangnya para penulis Jawa dari Kampus Literasi ini. []
Pewarta: Endah Normawati Mahanani (Dosen Pendidikan Bahasa Jawa)
Editor: Humas
Segera Tonton Tayangan Full Ngaji Sastra di bawah ini.