STKIP PGRI Ponorogo Mengukuhkan Sarjana Baru
Ponorogo_ Sore itu (Jumat, 30/09) kampus STKIP PGRI Ponorogo terasa spesial pasalnya sebanyak 63 mahasiswa tingkat akhir telah dikukuhkan menjadi sarjana Strata Satu (S1). Aula Graha Saraswati menjadi saksi disematkan gelar sarjana. Hal itu selepas surat keputusan ketua STKIP PGRI Ponorogo yang dibacakan oleh Totok Kushartoko, S.T selaku kepala Bagian Administrasi Akademik Kemahasiswaan.
Mahasiswa yang kini telah disahkan penggunaan title S.Pd. tampak terharu. Sesekali mereka menyeka air mata yang tumpah, tidak hanya perempuan lelaki juga demikian. Aroma kebahagiaan bercampur haru tentu dirasakan. Selama empat tahun menempuh pendidikan S1 tidak saja waktu yang singkat. Perjuangan juga pengorbanan tidak lagi mampu disematkan dalam baris kata-kata.
Adip Arifin wakil ketua 1 bidang akademik STKIP PGRI Ponorogo mengungkapkan gelar sarjana menjadi pintu gerbang dalam mengemban amanah sebagai pendidikan. Bukan tugas yang mudah menjadi guru karena tidak hanya mendidik, tetapi mengawal karakternya.
“Sebagai sarjana wajib terus untuk belajar. Pendidikan tidak hanya di kampus tetapi di mana saja,” ujarnya.
Sementara Cutiana Windri Astuti Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia juga berharap para mahasiswa mengemban amanah sebagai seorang sarjana. Perjuangan belum usai karena ada kampus kehidupan yang luasnya tidak terbatas, ungkapnya.
Mahasiswa yang terdiri dari empat program studi yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Jawa, dan Pendidikan Guru PAUD. Secara bergantian mengikuti penyematan tanda kelulusan oleh Edi Suprayitno wakil ketua 2 STKIP PGRI Ponorogo yang didampingi ketua Prodi (Program Studi) masing-masing.
Yudisium kali ini begitu spesial tidak saja bagi mahasiswa melainkan kampus STKIP PGRI Ponorogo. Pasalnya semenjak pandemi corona Yudisium baru digelar tahun ini. Hal senada disampaikan Rida Harida Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris merasa yudisium tahun ini terasa begitu khidmat dan berkesan karena pertama kali berlangsung setelah badai corona.
Rohmad Arkam Kaprodi Pendidikan Guru PAUD merasa terkesan sekaligus bangga terhadap mahasiswanya. Mengingat sebagian besar mahasiswa PUAD sudah memiliki keluarga tentu dari segi waktu, pikiran, dan tenaga menjadi terbagi. Meskipun begitu mampu menyelesaikan S1 sesuai dengan target yang ditentukan lembaga, ungkapnya.
Senada disampaikan Fitriana Kartika Sari Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jawa. Pihaknya ikut larut sekaligus terharu dalam prosesi Yudisium. “Membersamai proses mereka selama 4 tahun beserta suka-dukanya menjadi kenangan tidak terlupakan. Terlebih ketika mereka mengajak berfoto bersama untuk mengabadikan momentum bersejarah ini, rasanya sangat bangga dan terharu,” pungasnya. Red/Agus_Humas