Cerpen Yang Terpilin Antarkan Solu Erika Herwanda Menjadi yang Terpilih
Ponorogo—Jumat (28/10), Solu Erika Herwanda kembali dinobatkan sebagai pemenang lomba menulis cerpen. Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo itu berhasil menyabet juara 2 lomba menulis cerpen dalam Festival Sastra Mursal Esten VII 2022. Event yang diadakan Universitas Negeri Padang itu diikuti oleh 270 peserta dari 40 universitas di Indonesia dan Asia Tenggara.
Pengalaman bergulat dalam dunia menulis, terutama cerpen memberikan kontribusi baginya. Mahasiswa yang akrab dipanggil Solu itu sering mengikuti lomba menulis cerpen. Berbagai gelar juara pun berhasil diraihnya. Solu pernah menjadi juara 1 lomba menulis cerpen Universitas Widya Mandala, juara 1 lomba menulis cerpen di penerbit sarasayu books community, juara 2 lomba cerpen di ae publishing, juara harapan lomba cerpen di FSPH kota Tasikmalaya, dan juara harapan 1 lomba menulis cerpen di Porsenasma IV PT PGRI di UNP Kediri.
Mahasiswa semester 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia itu mengaku terkejut ketika mendengar kabar jika ia menempati posisi juara 2 dalam event yang digelar setiap tahun itu. “Saya dikabari teman yang juga ikut lomba. Saya terharu, tidak pernah menduga bisa menjadi juara 2. Saingannya sangat banyak karena ini lomba tingkat internasional. Pesertanya bukan hanya dari Indonesia,” ungkapnya saat dihubungi melalui WhatsApp.
Lebih lanjut, Solu merasa sangat bahagia ketika mengetahui bahwa dua rekannya dari STKIP PGRI Ponorogo juga mendapatkan gelar juara dalam festival lomba yang sama. Yeni Kartika Sari menjadi juara 1 lomba menulis cerpen dan Ruly Riantiarno menjadi juara 1 lomba menulis puisi.
“Bangga karena tiga pemenang dari almamater tercinta. Mereka adalah senior, panutan, teman diskusi, dan pembimbing saya dalam belajar menulis.”
Dalam lomba menulis cerpen Festival Sastra Mursal Esten VII 2022 itu Solu mengirim cerpen berjudul Yang Terpilin. Cerpen itu berkisah perihal mitos Jawa tentang perjodohan terlarang atau sering disebut Dadung Kepuntir. Cerpen dengan genre romansa beraroma lokalitas itu dipilih karena dirasa menarik dan potensi untuk diolah. Untuk melengkapi pengetahuannya, Solu menelusuri berbagai riset di internet dan mendengarkan podcast di YouTube. Cerpen yang mengangkat lokalitas itu digarapnya selama tiga hari dengan dua kali revisi.
“Total ada dua minggu waktu tunggu sebelum kirim. Saya endapkan dulu. Saya baca ulang dan meminta masukan dari mas Ruly, senior saya dalam menulis cerpen,” tuturnya saat diwawancarai. Bagi Solu, keikutsertaan dalam lomba menulis cerpen Festival Sastra Mursal Esten memberinya wawasan baru. Jika sebelumnya mengikuti lomba tingkat nasional kali ini tingkat internasional. Solu berharap kedepannya bisa terus konsisten menulis.
“Setelah ini saya akan lebih semangat berproses lagi. Utamanya lebih giat membaca dan terus belajar mengasah kepekaan. Sebab, penulis itu harus peka,” pungkasnya.
***
Pewarta: Sri Wahyuni_Tim Humas.