Sapta Arif Berbagi Pengalaman Menulis di Kelas Cerpen FLP Ponorogo
Sabtu pagi (12/11), Kebun Literasi Sutejo sudah ramai oleh anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Ponorogo. Hari itu, dilangsungkan Kelas Cerpen yang termasuk dalam rangkaian Open Recrutiment anggota baru FLP Ponorogo. Hadir sebagai pembicara Sapta Arif. Kepala Humas STKIP PGRI Ponorogo ini dikenal melalui cerpen-cerpennya yang telah terpublikasikan di berbagai media, baik cetak maupun digital.
“Saya termasuk orang yang tidak percaya tentang bakat. Dalam menulis cerpen, yang paling penting seberapa sering kita membaca dan berlatih.” Ungkap Sapta Arif di awal materi. Ia mengutip ucapan Sutejo, bahwa menulis cerpen adalah soal keterampilan. Muaranya, seberapa banyak kita berlatih, bereksplorasi, dan terbuka pada masukan.
Penulis buku Bulan Ziarah Kenangan ini, memberikan beberapa materi pokok dalam penulisan cerpen. Diantaranya, tentang menjemput ide. Bagi laki-laki kelahiran Banyumas ini, ide bisa datang dari mana saja. Mulai dari pengalaman pribadi yang mengesankan, pengalaman orang lain, membaca kisah-kisah, menonton film, mendengarkan musik, hingga mengikuti berita ter-up date di media.
“Setiap membaca satu cerpen, ibaratkan kita sedang menimba ilmu menulis pada pengarangnya. Jadi, kita harus mengenal penulis itu. Bisa dari karya atau wawancara di media.” tambahnya.
Menurut Sapta Arif, menulis cerpen bukan sekadar memindahkan realita menjadi cerita. Tugas penulis adalah mengolah dan mengangkat bahan cerita menjadi realita baru. Dia mencontohkan materi ini melalui pentigraf karya Tengsoe Tjahjono berjudul Hujan Tiga Hari.
Hari itu, peserta mengikuti materi dengan antusias. Setelah materi, ada beberapa peserta yang menyodorkan cerpennya sebagai bahan diskusi. Salah satunya Dadang, mahasiswa Unida Gontor ini menggarap cerpen bernuansa fabel. Ia menceritakan petualangan tokoh utamanya sebagai seekor penyu yang berupaya mencari jati diri bangsanya. Cerpen ini menjadi pemantik diskusi di antara peserta lain.
Tidak ketinggalan Monika turut urun tanggapan. Perempuan yang telah menulis di salah satu media nasional ini mengamini materi dari Sapta. Bahwa ide dalam menulis cerpen paling mudah didapat dari peristiwa-peristiwa terdekat. Ia pun sempat menceritakan proses kreatifnya di salah satu cerpen yang berhasil menembus media nasional.
“Peserta Oprec FLP Ponorogo sangat antusias, baik mereka yang pemula maupun yang sudah terjun di dunia kepenulisan. Beberapa calon anggota ada yg menanyakan bagaimana cara berbelok genre tulisan, misalkan dari non fiksi ke fiksi.” tutur Afifah Wahda pengurus FLP Ponorogo. Pihaknya berharap anggota FLP Ponorogo nantinya bisa eksplorasi tulisan fiksi dan non fiksi. Bisa mengenal dan memahami lebih jauh tentang berbagai genre tulisan, tandasnya.
Di akhir acara, Sapta Arif memotivasi peserta untuk terus berlatih menulis cerpen dan mulai berani mengirimkan ke media cetak atau digital.
“Terkadang, kita tidak tahu kalau cerpen kita sebenarnya layak muat. Idenya bagus, namun mungkin saja pembukanya kurang atraktif. Atau bisa juga temanya tidak sesuai dengan karakteristik media. Oleh sebab itu, kita perlu mengenali lebih dulu media yang akan kita targetkan.” pungkasnya. []
Pewarta: Humas
Previous