Edy Suprayitno, Tekuni Budaya Jawa Tebarkan Kearifan Lokal
Pergulatan belajar tentang budaya Jawa membuat Edy Suprayitno M.Pd demen melakukan penelitian tentang kearifan lokal dan pendidikan karakter. Sejak tahun 2016, pergulatan tersebut menjadi produk nyata berupa penelitian dalam bentuk jurnal, hibah, dan buku.
Dosen STKIP PGRI Ponorogo, Edy Suprayitno , menjadi pemateri tunggal dalam seminar Diskursus yang diadakan STKIP PGRI Pacitan, Selasa (29/11). Mengulik tema kearifan lokal, pihaknya menyampaikan ‘Kearifan Lokal Sebagai Akar Pendidikan Karakter: Menggali Makna, Menyamai Nilai.
Seminar diskursus tersebut mendapat respon luar biasa. Sebanyak 321 peserta seminar online menyimak pemaparan materi kearifan lokal melalui naskah Serat Dewa Ruci karangan R.Ng. Yasadipura I. Ketua STKIP PGRI Ponorogo, Ahmad Nur Ismail mengungkapkan acara tersebut salah satu bentuk kerja sama perguruan tinggi. Selain itu, masih banyak kerja sama lainnya yang akan bergulir di tahun 2023 hingga masa datang.
Menyukai tema-tema kearifan lokal, melalui naskah tersebut dosen yang domisili di Desa Pulung Ponorogo, pernah melakukan penelitian terhadap naskah Serat Dewa Ruci. Penelitian tersebut telah dimuat jurnal KATA, 1(1), Mei 2017, berjudul Revitalisasi Nilai Kekerabatan Budaya Jawa dalam Naskah Serat Dewa Ruci Karangan R.Ng. Yasadipura I.
Bangsa Indonesia diungkapkan, bangsa yang kaya akan budaya, itu tidak bisa terbantahkan. Dalam naskah tersebut ada nilai etos, kerja keras, ketakdiman pada guru, menghargai, dan lainnya. Namun, kenyataannya saat ini tidak banyak anak muda yang tahu. Maka jangan heran apabila karakter anak saat ini mulai bergeser dari nilai-nilai yang diajarkan para leluhur. Ini adalah tugas kita sebagai pendidik untuk mengenalkan, memahamkan, dan membiasakan nilai kearifan lokal itu pada anak.
“Sebagai tenaga pendidik, saya berusaha turut andil mengajarkan dan menumbuhkan karakter kualitas terhadap calon-calon generasi bangsa. Di dalam kelas, saya banyak bercerita yang menarik lalu mengambil hikmah dan pesan di balik cerita tersebut,” ungkap Wakil Ketua II Bidang Keuangan kepada Tim Humas, (30/11).
Pihaknya, berpesan permasalahan karakter harus menjadi perhatian bagi semua pendidik. Sebab, manusia akan menghadapi Indonesia Emas pada tahun 2045. Apabila tidak didukung dengan karakter yang kuat, maka Indonesia Emas 2045 bisa jadi tidak akan terwujud.
Pewarta: Suci Ayu Latifah/Tim Humas.
Next