Kampus Literasi Siap Bersaing di Penghargaan AKU
Malang—Kamis (1/12) LLDIKTI wilayah VII selenggarakan Rapat Kerja Pimpinan Perguruan Tinggi dan Anugerah Kampus Unggulan LLDIKTI wilayah VII. Bertempat di di Grand Mercure Malang acara ini mengusung tema “Daya Saing dan Kolaborasi Perguruan Tinggi Berbasis MBKM”. Acara ini dihadiri oleh 317 peserta, 187 di antaranya hadir secara luring.
Turut hadir dalam acara ini, Prof. Tjijik Srie Tjahjandarie, Ph.D (Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), Lindung Saut Maruli Sirait, SE., Ak., M.Si.,C.F.E., C.Fr.A., C.A., (Inspektur Investigasi Inspektorat Kemendikbud Ristek), dan Dr. Ir. Kiki Yulianti, M.Sc. (Direktur Jendral Pendidikan Vokasi).
Pada kesempatan ini, Kepala LLDikti wilayah VII Jawa Timur, Prof. Dr. Dyah Sawitri, S.E., M.M. mengimbau agar Perguruan Tinggi di Jawa Timur mempersiapkan lebih awal hibah-hibah program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Pihaknya mengaku siap mendampingi baik secara daring maupun luring untuk persiapan tersebut. Harapan beliau adalah agar terjalinnya toleransi bagi putra-putri Indonesia agar bisa mewujudkan SDM unggul untuk kemajuan bangsa.
Dalam Rakerpim ini, turut dibahas implementasi Permendikbudristek No. 30 tahun 2021 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan Perguruan Tinggi. Tujuan utamanya, untuk menciptakan ruang aman di kampus agar keterlaksanaan merdeka belajar dan kampus merdeka berjalan optimal. Adapun amanat utama dalam peraturan perundangan-undangan tersebut bahwa Perguruan Tinggi harus melaksanakan A4 yaitu Pendidikan Anti kekerasan seksual, Anti Perundungan, Anti Korupsi dan Narkoba, dan Anti intoleransi serta anti radikalisme.
Tidak ketinggalan pembahasan mengenai langkah-langkah strategis untuk menjaga mutu perguruan tinggi. Di antaranya, dimulai dari aspek perumusan perencanaan dan penguatan organisasi serta tata kelola, peningkatan mutu akreditasi, pengembangan SDM, akselerasi peningkatan kepangkatan dosen, peningkatan rasio dosen mahasiswa, relevansi melalui kampus merdeka dan mandiri, pengembangan riset dan pengabdian kepada masyarakat juga luaran berbasis produk dan jurnal terakreditasi.
Pada aspek yang lain, ditekankan bahwa perguruan tinggi sebaiknya bisa melakukan kerja sama sebanyak-banyaknya. Mulai dari lingkup nasional sampai internasional. Hal ini bisa diwujudkan dengan sinergi antar mitra dan kolaborasi dalam berbagai kegiatan riset, pengabdian, pertukaran mahasiswa, dosen mengajar, penguatan sistem penjaminan mutu internal, hingga pertukaran budaya. Upaya-upaya sinergis tersebut bagian dari realisasi mendukung program-program merdeka belajar dan kampus merdeka (MBKM).
Ahmad Nur Ismail, Ketua STKIP PGRI Ponorogo, turut hadir dalam acara rutin tersebut. Pihaknya mengaku yakin dan optimis STKIP PGRI Ponorogo bisa mendapatkan penghargaan kampus unggulan.
“Penting bagi perguruan tinggi untuk menjaga eksistensi keterlaksanaan sistem penjaminan mutu internal sebagai tolok ukur mutu perguruan tinggi yang berintegritas dan berkelas. Membangun pondasi awal, merekonstruksi dokumen mutu, hingga mengubah pola pikir, pola perilaku, pola cipta, dan pola karya dalam membentuk dan menguatkan budaya mutu perguruan tinggi. Oleh karenanya, kami beserta jajaran pimpinan yakin dan optimis bahwa STKIP PGRI Ponorogo bisa melakukannya dan mendapatkan penghargaan kampus unggulan. Maka, jangan pernah berhenti belajar dan berbuat baik. Karena satu kebaikan akan melahirkan jutaan kebaikan.” tutur Ahmad Nur Ismail ketika diwawancarai tim Humas melalui pesan WhatsApp. []