Pementasan Drama Mahasiswa, Hibur Civitas Academica STKIP PGRI Ponorogo
Aktor dalam pementasan drama tidak cukup hafal teks. Aktor harus menguasai ekpresi, mimik wajah, dan gerak tubuh sebagai pendukung cerita yang dilakonkan. Itulah pesan Suprapto, dosen sekaligus pembimbing teater Wakamandini STKIP PGRI Ponorogo.
Gedung Graha Saraswati, Senin (12/1/23), terdengar riuh para pemain drama. Mereka adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Pendidikan Bahasa Jawa (PBJ) angkatan 2020. Mahasiswa dari dua jurusan tersebut melakukan pementasan drama sebagai luaran pada mata kuliah Apresiasi Drama.
Tiga naskah drama berhasil dilakonkan dengan memikat. Naskah Tresno Sesidheman karya Luki Irma dan Avindo Y.S., Tubuh karya Ruli R., Jathil Pujowati karya Intan Ayu P. Suprapto mengungkapan rasa senang dapat memberikan pertunjukkan kepada mahasiswa di awal tahun 2023. Pihaknya mengingatkan generasi muda melalui naskah Jathil Pujowati supaya mencintai kesenian lokal Ponorogo. Baginya, melestarikan budaya sebagai bukti cinta negara.
“Drama adalah cermin realita kehidupan. Terdapat nilai budaya, religius, dan sosial di semua naskah drama. Semoga karya kualitas diiringi kepribadian yang berkualitas dalam keseharian. Terima kasih kekompakan dan semangat hingga pagelaran berjalan sukses,” tutur Suprapto di belakang panggung.
Intan, pencipta sekaligus pemain drama mengungkapkan Jathil Pujowati bercerita tentang kehidupan seorang jatil dan kesenian reyog di lingkungan masyarakat. “Sebenarnya, cerita lebih menantang kalau kehidupan Sang Pembarong dengan memakai kostum dadak merak. Meski begitu, jathil juga bagian dari kesenian reyog.”
Mahasiswa PBSI tersebut mengingatkan tentang kebudayaan di Ponorogo. Naskah mengandung pesan, melestarikan budaya adalah keharusan. Orang Ponorogo harus tahu cerita dan kesenian daerahnya.
“Lucu kalau tidak mengenal kesenian lokal Ponorogo karena reyog sudah meluas hingga luar negeri,” canda Intan.
Naskah Tresno Sesidheman bernuansa modern dengan mengangkat tema percintaan. Cinta sering sekali membuat seseorang terlena. Tahta, harta, dan wanita menjadi petaka besar kalau tidak dikuasai dengan benar. Naskah berpesan, cintailah sewajarnya saja, ikhlas biarlah berakhir sesuai ketentuan Tuhan. Sementara itu, naskah Tubuh menceritakan pergaulan bebas dan hal-hal yang membinasakan tubuh itu sendiri. Seseorang harus mampu menjaga tubuhnya (perempuan dan laki-laki) dengan baik
Tampil diiringi gelak tawa dan tepuk tangan gemuruh, para pemain lega tuntas tampil di atas panggung. Kurotun Ayuni, mahasiswa sekaligus pemain di lakon Tubuh mengungkapkan, latihan drama sekitar sebelas kali. Setelah latihan saling mengevaluasi mulai dari cara bertutur, ekspresi, posisi tubuh, dan lainnya. “Kami mempersiapkan bersama-sama. Alhamdulillah dapat menghibur civitas academica dan para mahasiswa setelah seminggu menjalankan ujian akhir semester.”
Nur Imaniyah Purnama, mahasiswa PBSI angkatan 2022 mengaku terhibur karena ceritanya beragaman. Para pemain mampu bermain secara totalitas. Mahasiswa asal Pamekasan ini menikmati pementasan dari awal. Paling suka naskah berjudul Tubuh karena mengingatkan kehidupan masa kini, perempuan ingin menjadi laki-laki, sedangkan laki-laki ingin menjadi perempuan. “Kocak. Hebat untuk kakak-kakak angkatan PBSI.”
Pewarta: Suci Ayu Latifah/ Tim Humas