Dua Mahasiswa Kampus Literasi Turut Andil dalam Pentas Naskah “Ling”
Kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998 menyisakan banyak cerita. Ruly R (mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) mengangkatnya menjadi sebuah cerita pendek berjudul “Ling”. Cerpen ini terbit di media bukuprogresif.com edisi 24 Mei 2019. Cerpen yang bercerita kisah memilukan tokoh bernama Mbah Darmin dan Ling (perempuan Tionghoa) menginspirasi Lh. Niadi untuk mengadaptasinya menjadi pentas teater bertajuk “Ling, Perjalanan Hati Dibalik Kerusuhan Mei ‘98”.
Lekas Lh. Niadi menulis ulang naskah cerpen Ruly dan melakukan beberapa perubahan disesuaikan kebutuhan pentas. Ia menonjolkan kisah percintaan antara tokoh Samaji (si lelaki Jawa) dengan Ling (perempuan keturunan Tionghoa). Kisah percintaan ini bagi Lh. Niadi merupakan simbol perkawinan dua latar belakang manusia yang berbeda. Kisah pahit nan getir yang dialami Ling, diselamatkan oleh lelaki Jawa bernama Samaji.
Naskah ini dipentaskan pada hari Sabtu 28 Januari 2023 di Aula Balai Desa Babadan. Sebanyak 150 penonton dari segala elemen masyarakat datang memeriahkan. Acara ini merupakan pementasan independen dari Sanggar Seni Granggang.
“Prosesnya, kurang dari sebulan. Oh tidak mas, bahkan hanya dua belas hari.” tutur Lh. Niadi ketika diwawancarai oleh tim humas melalui telepon.
Pak Li, panggilan akrab Lh. Niadi, menambahkan butuh tenaga ekstra untuk mencari aktor dan aktris. Menurutnya, teater merupakan wadah menempa kemandirian. Ia menyebutnya sebagai lelaku budaya.
“Teater itu peristiwa, banyak nilai laku hidup yang bisa kita ambil. Namun, poin pentingnya adalah menggugah kemandirian dalam diri masing-masing.” tambah Pak Li.
Donna, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa, turut andil dalam proses pementasan. Ia memerankan tokoh Samaji, lelaki Jawa yang menjadi tokoh penting dalam jalannya cerita.
“Samaji bersifat tekun, setia, dan telaten. Namun, Samaji adalah pria yang misterius. Tokoh ini begitu penting dalam kehidupan Ling.” tutur Donna.
Menjadi Samaji merupakan pembelajaran hidup yang dalam bagi Donna. Ia mengaku terkesan. Dalam berproses, Donna harus mendalami tokoh tersebut dengan hati-hati.
“Berbeda dengan sifat saya yang ceroboh, Samaji adalah tokoh yang luar biasa. Ia tekun, setia, dan berhati-hati dalam bertindak. Saya belajar betul dari Samaji ini!” tambah Donna.
Donna menaruh harapan besar dari pementasan ini. Ia berharap penonton dan siapa saja yang membaca cerpen atau adaptasi naskah Ling bisa menjadi bahan berenung. Kejadian Mei ’98 adalah sejarah besar, semoga kita bisa mengingat kembali sebagai cermin refleksi berkehidupan, pungkasnya. []
Pewarta: Tim Humas
Previous
MoU Signing: Inisiasi Kerjasama Internasional STKIP PGRI Ponorogo dengan KBRI Riyadh, Arab Saudi
Next