Cerpen Solu, dari 258 Naskah Masuk 10 Naskah Terbaik
Pergulatan dalam dunia menulis akan selalu mendatangkan tantangan baru bagi pelakunya. Tiap-tiap momentum akan memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi proses kreatif seorang penulis. Kiranya, itulah yang dirasakan Solu Erika Herwanda, mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo yang awal bulan ini kembali mengikuti lomba menulis cerpen.
Lomba menulis cerpen tersebut diselenggarakan oleh penerbit PadMedia Publisher yang dipimpin oleh penulis Wina Bojonegoro. Mengangkat tema “Surabaya dalam Napasku”, lomba ini diikuti oleh 258 peserta.
“Untuk eksekusi tema sedikit kewalahan karena saya bukan orang Surabaya. Semisal mau menulis cerpen tentang adat istiadat ataupun asal-usul Surabaya, rasanya itu sudah pasaran. Akhirnya saya memutuskan untuk ambil peristiwa penutupan gang Dolly tahun 2015 untuk ide penulisan cerpen,” papar mahasiswi yang akrab disapa Solu itu.
Cerpen Yang Tenggelam di Dasar Kopi Aren mengantarkan Solu menjadi salah satu peserta yang cerpennya masuk 10 naskah terbaik. Cerpen ini mengisahkan seorang laki-laki bernama Abidin, ketua BEM di salah satu Universitas. Suatu waktu usai melakukan demo motornya rusak. Di tengah kendala itulah ia bertemu dengan Irma, salah satu pelacur di gang Dolly. Ujung pertemuan itu menjadi moment pertama bagi laki-laki tersebut berciuman dengan perempuan.
Diksi “Kopi Aren” merupakan simbol kenangan Abidin dengan Irma. Mulanya, Abidin tidak mau kopi sejak kecil. Pertemuan Abidin dengan Irma di sebuah kos-kosan membuatnya jatuh cinta dengan kopi. Irma membuatkannya kopi yang berbeda dengan biasanya: kopi dengan gula aren.
Penjurian naskah cerpen dilakukan melalui beberapa tahap. Mula-mula dari 258 naskah yang masuk diambil 21 naskah, lalu dari 21 itu dipilihlah 10 naskah terbaik. Selanjutnya, 10 naskah terbaik itu nantinya akan diulas bersama dewan juri dan diberi masukan agar naskah menjadi lebih baik lagi.
“Ada masukan dari dewan juri tentang cerpen saya. Untuk judul sudah bagus tidak perlu diubah. Kekurangannya terletak pada pengkarakteran tokoh yang kurang kuat. Inilah yang harus saya perbaiki nantinya.”
Keterlibatan Solu dalam lomba menulis cerpen itu memberikan tantangan dan pengalaman baru. Tema sulit, sistem seleksi ketat, dan perbaikan naskah yang melibatkan penulis dan juri adalah bukti nyata dari semua itu.
“Rasanya masih tidak percaya bisa masuk 10 naskah terbaik. Saingannya tidak main-main. Ada dosen, novelis, mentor kelas menulis, dan penulis yang sudah menang di berbagai event lomba. Saya bersyukur sekali bisa mengikuti lomba ini. Ini menjadi bagian dari proses kepenulisan saya,” pungkasnya. []
Pewarta: Sri Wahyuni_Tim Humas.