Sinta Yudisia Beberkan Teknik Mengolah Konflik dalam Menulis Novel
Ponorogo—Sinta Yudisia, sastrawan nasional, berbagi inspirasi kepenulisan di Sutejo Spektrum Center (SSC), Sabtu (14/10). Acara ini merupakan kerja sama antara Forum Lingkar Pena (FLP) Ponorogo dan Himpunan Mahasiswa Penulis (HMP) STKIP PGRI Ponorogo.
Sutejo, selaku pembina HMP, dalam sambutannya mengungkapkan rasa terima kasih atas kehadiran penulis novel Bulan Nararya ini. Pada kesempatan ini, Sutejo juga mengapreasiasi atas pencapaian karya Sinta yang telah berhasil menjadi salah satu karya favorit juri pada Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 2021.
“Harapan saya, komunitas kita ini seperti rumah lebah. Kita datang, berkumpul, dan belajar bersama, lalu pulang mendapatkan sesuatu. Ada banyak ilmu yang bisa kita dapatkan dari Bu Sinta,” tambah Sutejo.
Di awal materi, Sinta membahas tentang keorganisasian. Dalam hal ini beliau menekankan berbagai manfaat yang didapat saat berorganisasi di bidang kepenulisan. Menurut Sinta, orang-orang yang aktif dalam organisasi menulis merupakan orang yang memiliki kecintaan, pengalaman, dan rasa prihatin yang luar biasa pada literasi. Oleh sebab itu, optimisme harus dibangun oleh masing-masing anggota. Salah satunya dengan terus membaca dan berkarya. Sinta menekankan pentingnya kita memiliki tokoh inspiratif dalam berkarya. Hal ini bisa menjadi energi yang positif untuk memacu semangat untuk belajar.
“Penting, kakak-kakak untuk mengikuti berbagai lomba dalam menulis, selain untuk melatih kedisiplinan akan deadline, hal ini juga bisa menjadi legitimasi ketika kakak-kakak menang,” ungkap Sinta saat mengenang kegiatan di Jogja bersama Ramayda Akmal.
Selain berbagi pengalamannya dalam berorganisasi, Sinta juga berbagi tips dalam menulis. Ia menjabarkan bagaimana mengolah konflik dalam novel. Dalam forum tersebut, Sinta mencontohkan novel The Vegetarian karya Han Kang, seorang novelis asal Korea Selatan. “Dalam novel Han Kang, judulnya The Vegetarian, ada konflik tentang bagaimana perjuangan seorang tokoh yang ingin menjadi vegan. Nah, bagaimana jika kita aplikasikan ini ke dalam tema Islami, misalnya perjuangan tokoh dalam berhijab gitu,” tutur Dewan Pertimbangan FLP Pusat ini.
Pancingan-pancingan materi dari Sinta berhasil menciptakan diskusi dan berbagai pertanyaan. Salah satunya dari Nosa anggota HMP. Ia bertanya, bagaimana menulis cerita yang Islami sedangkan kita tidak berada dalam lingkungan yang Islami. Sinta menjawab, manakala akan menulis kita tidak hanya berfokus pada karakter fisik atau setting Islami, tetapi coba fokuskan pada nilai-nilai Islami. Sinta pun mencontohkan beberapa novel yang memiliki nilai Islami dengan kemasan yang bagus.
“Pemateri sekaligus penulis yang memotivasi. Karyanya bagus, perpaduan fiksi dan psikologi.” ungkap Shofi, mahasiswi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia yang juga aktif di HMP dan Komunitas Sutejo Spektrum Center. Ia sempat mengira karya-karya Sinta Yudisia adalah karya penulis luar negeri. Hal ini disebabkan judul dan kover buku Sinta bernuansa luar negeri. Shofi mengaku terkesan akan teknik flow yang disampaikan Sinta. Bagi Shofi, teknik menulis ini sangat cocok untuk semua kalangan.
Di akhir acara, Sinta memberikan motivasi kepada anggota HMP dan FLP Ponorogo tentang pentingnya kepercayaan diri dalam menulis. Ia memberikan tantangan untuk mengikuti berbagai lomba menulis cerpen dan puisi, salah satunya yang diselenggarakan oleh Media Indonesia. Tidak lupa, ia pun mengapresiasi komunitas literasi yang digawangi oleh Sutejo. Menurutnya, keberadaan Sutejo di Ponorogo seharusnya bisa dimanfaatkan teman-teman yang hadir untuk menimba ilmu.
“Rugi besar ya, kalau di lingkungan kita ada orang berilmu, tetapi kita tidak mendapatkan apa-apa,” pungkas Sinta. (Red/ Sap)