Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi dalam Kurikulum Merdeka
Ponorogo_Ketua STKIP PGRI Ponorogo Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. menjadi pemateri workshop Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Mendukung Pemulihan Pembelajaran. Kegiatan ini diinisiasi oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus bersama DPR – RI, (kemarin, 19/11).
Berlangsung di Aula SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo Ir. Johan Budi Sapto Pribowo (Anggota DPR RI) membuka workshop tersebut. Tidak kurang 200 peserta dari kepala sekolah tingkat SMP dan SD se-Kabupaten Ponorogo. Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Rahmat Taufik Pasaribu, SE, MM selaku Kasubag TU PMPK.
Johan Budi, sapaan Ir. Johan Budi Sapto Pribowo merasa prihatin akan merosotnya nilai karakter peserta didik. Beberapa kasus siswa yang membunuh teman dan tega membacok gurunya sendiri menjadi masalah serius bagi pendidikan di Indonesia. Belum lagi masalah-masalah lain yang perlu perhatian khusus. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pendidikan karakter baik yang dimiliki oleh siswa.
“Karakter menjadi cerminan setiap manusia. Karakter positif akan menghasilkan sikap yang baik, begitu sebaliknya,” tuturnya.
Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. sependapat tentang pendidikan karakter dalam kurikulum merdeka. Setidaknya terdapat tiga poin penting dalam kurikulum tersebut, peningkatan pembelajaran bagi siswa, mendorong dan memudahkan pembelajaran terdiferensiasi, yang menarik tentang pengembangan karakter peserta didik. Karakter Profil Pelajar Pancasila terangkum dalam 6 dimensi, yaitu beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global.
Lebih lanjut, Ketua STKIP PGRI Ponorogo menyinggung bahwa dampak pada proses dan hasil belajar murid menjadi indikator keberhasilan pada penerapan kurikulum merdeka. Hasil yang dimaksud tidak saja kognitif siswa tetapi karakter yang baik.
Keberhasilan ini tidak lepas dari kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran yang bermakna, efektif, dan menyenangkan. Termasuk menggunakan platform-platform pembelajaran, baik yang disiapkan dalam kurikulum maupun hasil kreasi guru.
“Setidaknya terdapat tiga keunggulan kurikulum merdeka. Lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka, dan lebih relevan dan interaktif,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya menyinggung tentang tiga type implementasi kurikulum merdeka, yaitu mandiri belajar, mandiri berubah, mandiri berbagi. “Jangan pernah lelah untuk belajar dan mengajar,” pungkasnya. Red/Ags