Membangun Kultur Manajemen Berbasis Spiritual di Sekolah
Ponorogo—Minggu (26/11), di hadapan ratusan guru SMP se-Ponorogo, Dr. Ahmadi Nur Ismail, M.Pd.I., membicarakan tentang prototipe membangun kultur manajemen berbasis spiritual di sekolah. Acara yang bertempat di ballroom hotel Amaris ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Timur.
BBGP Provinsi Jawa Timur mendapatkan amanah untuk menyelenggarakan program prioritas nasional, yaitu Pendidikan Guru Penggerak (PGP), Pendidikan Sekolah Penggerak (PSP), dan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di wilayah provinsi Jawa Timur. Adapun kegiatan yang bertajuk Sarasehan Pendidikan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) ini merupakan wujud komitmen bersama antara BBGP dengan DPR RI dalam mendukung pelaksanaan kebijakan Kemendikbudristek.
Bupati Ponorogo, H. Sugiri Sancoko, S.E., M.M., berkesempatan memberikan sambutan. Beliau mengapresiasi Ir. Johan Budi Sapto Pribowo atas kepeduliannya di bidang pendidikan. Kang Giri, panggilan akrab Bupati Ponorogo, mengumpamakan pendidikan seperti orkestrasi musik. Oleh sebab itu, untuk menuju keindahan dibutuhkan sentuhan yang berbeda-beda. Puncaknya, terdapat kesinambungan yang menyatu hingga menciptakan keindahan. Merujuk pada hal tersebut, pihaknya berpesan bahwa kebutuhan akan kurikulum merdeka tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah.
Menyambung pernyataan Kang Bupati, Ir. Johan Budi Sapto Pribowo menyampaikan bahwa implementasi dari merdeka belajar adalah bisa mengikuti perkembangan zaman. Hal ini juga termasuk mengikuti perkembangan psikologi peserta didik. Pihaknya mengaku prihatin dengan maraknya pemberitaan negatif dari siswa-siswi di berbagai tempat. Dengan implementasi kurikulum merdeka yang tepat, ditambah pendampingan oleh orang tua dan guru, diharapkan mampu memperbaiki karakter generasi muda Indonesia.
Menyikapi berbagai kasus yang diungkapkan Johan Budi, Ketua STKIP PGRI Ponorogo menawarkan pentingnya membangun kultur manajemen berbasis spiritual di sekolah. Pihaknya menyampaikan lima nilai yang harus diusung dalam membangun kultur tersebut. Yaitu, mencari rida Allah, kekuatan rasa syukur, semangat husnuzzon, partisipasi semua pihak, dan cinta kasih kepada sesama.
Selain materi itu, Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. juga menyampaikan pentingnya membangun budaya mutu, perilaku organisasi, dan menjaga kepuasan pelanggan di sekolah. Menurutnya, output kompetensi lulusan yang baik tidak bisa didapat secara instan.
“Dibutuhkan sebuah proses yang panjang, kita perlu menengok tentang isi pendidikan, proses pembelajaran, dan bagaimana penilaian pendidikannya.” tuturnya.
Di akhir acara, Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. mengingatkan pentingnya budaya belajar dan mengajar di kalangan guru dan pemangku kebijakan sekolah. Hal ini merupakan salah satu poin penting suksesnya budaya mutu di sebuah sekolah hingga tercapai kepuasan pelanggan yang baik. (Red/ Sap)
Previous
Sarasehan Pendidikan Tekankan Pentingnya Kemandirian dalam Belajar dan Mengajar
Next