Pentingnya Karakter dalam Pembelajaran Kurikulum Merdeka
Ponorogo—Dr. Ahmadi Nur Ismail, M.Pd.I., Ketua STKIP PGRI Ponorogo, menjadi salah satu pemateri dalam Workshop Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (18/10). Bertempat di Maesa Hotel Ponorogo, acara ini merupakan kegiatan kerja sama antara Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus bersama DPR–RI. Sebanyak 200 Kepala Sekolah Dasar di kabupaten Ponorogo hadir dengan antusiasme tinggi.
Pada kesempatan ini, H. Sugiri Sancoko, S.E., M.M. (Bupati Ponorogo), menyampaikan bahwa pendidikan karakter harus mendapatkan porsi lebih besar dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Tujuannya agar peserta didik mampu memahami, membentuk, dan memupuk nilai-nilai etika secara keseluruhan.
“Tidak ada satupun kurikulum pendidikan di Indonesia yang jelek. Kurikulum Merdeka itu juga bagus, tapi penguatan karakter tetap menjadi hal terpenting,’’ kata Kang Bupati—sapaan Bupati Sugiri Sancoko—dilansir dari www.ponorogo.go.id.
Hal senada juga diutarakan oleh Ir. Johan Budi Sapto Pribowo. Pihaknya menegaskan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka akan menuntut kreativitas guru dalam memperkuat karakter dan moral siswa. Hal ini bertujuan untuk menjadikan arah pembelajaran di kelas menjadi bermakna, efektif, dan menyenangkan.
‘’Kurikulum merdeka ini sesuai dengan semangat zamannya. Pendidikan karakter harus menempati porsi yang lebih besar,’’ tegas Johan Budi yang menjadi keynote speaker dalam workshop itu.
Pihaknya merasa prihatin terhadap sejumlah peristiwa yang menandakan merosotnya nilai karakter pelajar. Seperti siswa SMP yang membunuh temannya sendiri. Bahkan, ada siswa yang tega membacok gurunya. Alternatif solusi tergambar dari materi yang disampaikan oleh Dr. Ahmadi Nur Ismail, M.Pd.I. tentang penguatan profil pelajar Pancasila. Pihaknya mengungkapkan pentingnya karakter yang dalam hal ini disampaikan sebagai akhlak dalam proses pembelajaran peserta didik. Salah satu poin yang disampaikan mengenai beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. membagi hal tersebut ke dalam lima poin, yaitu akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak beragama.
Sebelum menyinggung tentang akhlak, Ketua STKIP PGRI Ponorogo ini menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi semua murid. Selain itu, Kurikulum Merdeka juga mendorong dan memudahkan pembelajaran terdiferensiasi. Artinya, pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan belajar murid, serta fokus pada materi esensial.
“Selain kedua poin tersebut, Kurikulum Merdeka memfasilitasi pengembangan karakter. Suatu hal penting yang kita butuhkan di era sekarang,” tambah Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I.
Selain, Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I., hadir pula Slamet Basuki, S.Pd.SD. dari SD Negeri 3 Badegan dan Dr. Drs. Sulton, M.Si. sebagai pemateri. Ketiga pemateri ini sepakat bahwa penguatan karakter dibutuhkan dan menjadi bekal utama peserta didik dalam mengarungi era yang serba cepat ini. (Red/ Sap)
Previous
Kembangkan MBKM (Kelas Ekspor), STKIP PGRI Ponorogo Jalin Kerja Sama dengan Undar
Next