Yudil Chatim Ungkap Peluang Indonesia di Era Society 5.0
Yudil Chatim, M.Ed., Atase Dikbud KBRI Beijing, China, menjadi narasumber dalam International Conference dengan tema Social Science for Better Humanitiy (Ilmu Sosial untuk humanitas yang lebih baik). Bertempat di Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo, acara ini turut mengundang dua narasumber lain, yaitu Dr. Rawaa Mahmoud Hussain, Ph.D., dari Pennsylvania, USA dan Dr. Dolar Yuwono, M.Pd., dosen STKIP PGRI Ponorogo.
Ditunjuk sebagai pemateri pertama, Yudil Chatim, M.Ed., menjelaskan materi tentang “Merdeka Belajar Walau sampai ke Negeri China” secara virtual dengan platform zoom. Beliau mengungkapkan, ASEAN, khususnya Indonesia memiliki peluang untuk berkembang lebih pesat. Oleh sebab itu, untuk menjawab tantangan era society 5.0 diperlukan kolaborasi yang baik dengan negara lain.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan ada tiga peluang Indonesia untuk menyongsong masa depan. Pertama, hubungan Indonesia-China. Kedua, Revolusi Industri 5.0 yang mendorong negara untuk berkolaborasi dalam budaya, pendidikan, dan teknologi (inovasi teknologi). Ketiga, Indonesia sedang dalam tahap pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan menuju generasi emas di tahun 2045.
“Untuk menuju ke sana, kami ada formula, yaitu ABG CM. Academic, business, government, community, dan media.” ungkap kandidat doktor dari Central China Normal University tersebut.
Pada sesi sebelumnya, Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I., selaku Ketua STKIP PGRI Ponorogo, mengungkapkan bahwa tema yang diusung pada international conference kali ini merupakan refleksi tentang tekad dan keinginan segenap pimpinan STKIP PGRI Ponorogo untuk menghadirkan layanan pendidikan yang bermutu dan humanis. Tujuannya adalah agar suasana nyaman, efektif, dan menyenangkan dalam studi dapat dirasakan oleh semua mahasiswa.
“Ilmu-ilmu sosial akan memainkan peran semakin penting dalam pembangunan negara dan dunia. Pasalnya, kini telah terjadi perubahan paradigma pembangunan yang semula berorientasi ekonomi menjadi pembangunan yang berorientasi pada manusia.” ungkap Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I.
Beliau menambahkan bahwa kesuksesan pembangunan sebuah negara tidak lagi diukur secara kuantitatif dengan pendapatan per kapita atau laju pertumbuhannya. Lebih penting dari itu, pembangunan harus dapat meninggikan derajat manusia. Pembangunan perlu dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, baik dari aspek pendidikan, kesehatan, maupun kebahagiannya, jelasnya.
Melalui kegiatan tersebut, Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. berkomitmen untuk mendorong dosen bidang ilmu sosial untuk terus meningkatkan kapasitas keilmuannya. Tujuannya tidak lain adalah agar dosen-dosen dapat menjadi ilmuwan yang berperan dalam pembangunan dan pelestarian budaya. Hal ini juga selaras dengan salah satu visi dan misi kampus, yakni mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mengkolaborasikan eksistensi budaya lokal maupun nasional.
“Saya mendorong semua dosen untuk terus melakukan penelitian, meningkatkan publikasi, dan berusaha mengaplikasikan pengetahuannya bagi kemaslahatan manusia yang lebih baik. Sehingga kita sebagai ilmuan di perguruan tinggi dapat berkontribusi untuk lebih memanusiakan manusia,” pungkas Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. (Red/ Sap)