Fileski Kenalkan Eksperimental Puisi dalam Ngaji Sastra HIMA Aksara
Pagi (28/12) Ngaji Sastra kembali digelar dalam rangka pelantikan pengurus Hima Aksara periode 2024/2025. Acara yang dihelat di graha saraswati yang dihadiri oleh ketua STKIP PGRI Ponorogo Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I., beserta jajarannya, Bapak/Ibu Kaprodi, Dosen serta karyawan dan mahasiswa utamanya Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ngaji sastra kali ini tak kalah spektakuler sebab menghadirkan sastrawan dari lintas kota, yakni sastrawan kondang Madiun, Walidha Tanjung Files, S. Sn. atau yang akrab dikenal dengan nama pena Fileski. Rekam jejak Fileski yang tidak hanya sebagai sastrawan, melainkan musisi dan pendidik di SMA Negeri 2 Madiun. Hal ini selaras dengan latar belakang STKIP yakni pencetak calon guru. Lusy Novitasari, M.Pd. ketika memandu menjadi moderator memaparkan alasannya mengapa memilih Walidha Tanjung Files S.Sn. sebagai pembicara salah satunya karena Walidha Tanjung Files S.Sn. tak hanya seorang sastrawan dan musisi melainkan juga guru yang harapannya dapat memantik semangat mahasiswa calon guru.
“Iya, kenapa Mas Files ini, karena Mas Files ini tak hanya musisi dan sastrawan melainkan guru di SMA 2 Madiun yang tidak sembarang SMA, ya, jadi harapannya semoga teman-teman bisa seperti beliau,” ujarnya saat membuka sesi materi.
Sebelum menjelaskan materinya, Fileski menciptakan sebuah gebrakan baru yang sebelumnya belum dibawakan oleh pembicara-pembicara ngaji sastra. Kiprahnya di dunia sastra dan musik membuatnya lihai membuat sebuah pertunjukan. Fileski mempersembahkan pembacaan puisi yang berbeda dari pembacaan yang lainnya, bukan musikalisasi, sebab puisi sudah musikal baginya. Fileski mengenalkannya sebagai eksperimental puisi.
Awalnya, alat yang mengeluarkan suara yang dinamakannya eksperimental itu menggemakan nada-nada musik horor, tetapi dari situlah fileski tampaknya meresapi ruh pada puisinya. Peserta ngaji sastra terlihat antusias dan mimik wajah mereka tampak terkagum dengan persembahan fileski.
“Unik sih, kayak ada mencekam-mencekam, mistis-mistisnya. Kalau ditambah lighting yang menyorot pemateri gitu malah lebih sip,” ungkap Puput salah satu peserta.
Tidak hanya Puput, peserta lain juga mengaku kagum sebab pertama kalinya mendengar eksperimental puisi.
“Kagum sih, nggak pernah tahu sebelumnya, ya walaupun nggak paham seratus persen makna puisinya, tapi ini mengagumkan sekali,” kata Lutfi, peserta yang lain.
Fileski sendiri mempersembahkan eksperimental puisi karena pihaknya yakin jika dalam kelas, mahasiswa hanya akan tahu tentang praktik menulis puisi dan sama sekali belum tahu tentang eksperimental ini. Hal itu diungkapkannya ketika pembina Hima Cutiana Windri Astuti, M.Pd. dan Lusy Novitasari, M.Pd. selaku moderator meminta persembahan dari Fileski yang biasanya menampilkan saksofon dan biola untuk mengiringi puisinya, akan tetapi pihaknya menyanggah dengan dalih, ngaji sastra akan terlalu jauh bila digabungkan dengan penampilan musik.
“Karena ini acaranya ngaji sastra, ya, nggak akan sejalur kalau saya main musik ya, kecuali ini acara musik. Maka, saya akan perkenalkan eksperimental puisi. Nanti kalau mau melihat saya main saksofon atau biola ngundang lagi, di acara musik,” timpalnya diiringi kelakar.
Usai memukau peserta ngaji sastra dengan penampilannya, Fileski membuka diskusi apa saja tentang kesastraan hingga acara selesai tepat pukul 12.00 WIB.
Pewarta: Solu Erika Herwanda_Pengurus lama Hima Aksara
Previous