Membungkam Kritik Pedas dengan Nugget Lele: Kisah KKN Ahmad Pramudyanto
“Maafin sih iya, tapi kalo lupa mah kagak.” Begitulah ucap Ahmad Pramudiyanto di suatu sore, sambil tertawa mengenang salah satu pengalaman berkesan yang dialaminya pada tahun 2014. Saat melaksanakan kegiatan KKN sebagai kewajiban mahasiswa di salah satu Universitas tempatnya menimba pendidikan Sarjana Strata 1 yakni kota Semarang. Bersama teman sekelompoknya harus mendengar kritikan, perbandingan serta dianggap remeh oleh masyarakat yang berhasil menyentil hatinya. Namun, di balik itu ia bersama kelompoknya tidak pernah patah semangat, kobaran api juang yang terus membara mereka ciptakan demi sebuah pembuktian atas semua kritik dan perbandingan yang mereka peroleh. Bisakah mereka membuktikannya? Atau semua itu hanyalah wacana belaka? Simak sampai akhir.
Sosok yang sederhana dan penuh humor ini adalah dosen Pendidikan Bahasa Jawa STKIP PGRI Ponorogo. Dengan kisah menarik yang ia ceritakan di ruang kelas, ia berhasil membuat mahasiswanya terinspirasi. Pak Pram, begitu sapaan akrabnya, memiliki pengalaman yang kaya selama masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa di wilayah Kota Semarang. Salah satu cerita yang paling membekas yaitu bagaimana ia dan kelompoknya membuktikan kepada masyarakat desa bahwa mereka juga memiliki nilai unggul seperti kelompok KKN terdahulu yang selalu dibangga-banggakan. Perbandingan selalu ia terima bersama kelompoknya, hingga komentar tajam berhasil menusuk relung hatinya saat mereka membangun gapura desa. “Kenapa cuma dari kayu? Kelompok yang dulu buat gapuranya dari besi lo mas,” Komentar pahit itu tidak membuat Pak Pram dan kelompoknya mundur. Sebaliknya, mereka bahkan semakin termotivasi untuk membuktikan bahwa kontribusi mereka tidak kalah bermakna.
Semenjak saat itu mereka tak pernah membuang waktu. Observasi mereka lakukan guna menemukan potensi desa, hingga upaya mereka membuahkan hasil. Budidaya ikan lele yang merupakan aktivitas utama yang dikelola oleh banyak warga mencuri perhatian mereka hingga muncul ide inovatif untuk membuat produk bernilai tambah yakni nugget lele. Dari situlah, Pak Pram dan kelompoknya memanfaatkan ikan lele segar hasil budidaya lokal untuk membuat nugget yang praktis dan bernilai jual tinggi. Hasilnya, nugget lele menjadi produk unggulan yang tidak hanya memperkenalkan inovasi baru, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa.
Tak sampai disitu, puncak pembuktian mereka semakin membuahkan hasil ketika nugget lele dipamerkan dalam pameran UMKM tingkat desa. Produk ini menarik perhatian banyak pengunjung dan laku keras. Hingga pada pameran UMKM tingkat kecamatan yang diadakan beberapa hari kemudian, nugget lele buatan mereka juga berhasil bersaing dengan produk-produk lain dan meraih apresiasi yang tinggi. Beberapa warga juga mengakui bahwa olahan nugget lele yang di produksi oleh Pak Pram dan kelompoknya lebih sedap dibanding olahan lain. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa program kerja yang selalu disepelekan dan dibanding-bandingkan pun mampu bersinar dengan cara yang berbeda dan tentunya diwaktu yang berbeda pula.
Semua keuntungan yang didapat dari penjualan nuget lele itu mereka manfaatkan untuk mengecat gapura-gapura perbatasan desa hingga berhasil memberikan wajah baru yang lebih segar dan menarik di desa yang tidak disebutkan namanya itu. Inisiatif ini sekaligus menegaskan bahwa program kerja mereka tidak hanya kreatif tetapi juga memberikan dampak berkelanjutan yang dirasakan oleh masyarakat.
Dari perjalanan KKN Ahmad Pramudyanto dan kelompoknya, kita bisa mengambil pembelajaran baru bahwa sikap rendah hati, kerja keras, dan fokus pada kebermanfaatan adalah kunci utama mengatasi keraguan dan kritik. Mereka telah membuktikan bahwa mereka mampu memberikan kontribusi yang berarti, bahkan ketika ekspektasi awal terhadap mereka rendah. Inilah yang menjadikan pengalaman KKN Pramudyanto bukan hanya cerita inspiratif, tetapi juga pelajaran hidup bagi mahasiswa dan masyarakat luas.
Jadi teruntuk para mahasiswa, masihkah kalian takut menghadapi kritik atau perlakuan remeh dari masyarakat saat melaksanakan KKN? Jangan risau dan teruslah fokus pada program kerja yang sudah direncanakan. Jika Ahmad Pramudyanto bersama kelompoknya berhasil, kenapa kita tidak? Ingat, pembuktian terbaik untuk membungkam keraguan adalah hasil kerja yang luar biasa. Diam kerjakan dan buat masyarakat terkesan!
Pewarta: Hannan Fauziah Al Ulya (PBSI B 2022)