Arisan Antik Setiap Malam Minggu Wage

Kenteng, 15 Februari 2025 – Rumah sederhana milik Ibu Tyas di Dusun Ploso Jenar tampak lebih ramai dari biasanya. Malam itu, seperti pada setiap malam Minggu Wage, para bapak-bapak pengrajin kayu dari Desa Kenteng berkumpul di sana untuk mengikuti acara yang telah menjadi tradisi bertahun-tahun, yaitu Arisan Antik Paguyuban Pengrajin.
Tradisi ini memang terlihat seperti arisan pada umumnya, tetapi jangan salah, acara ini punya nuansa yang berbeda. Di sini, tidak ada kesan formal atau kaku. Suasana yang tercipta begitu hangat dan akrab. Gelak tawa sesekali terdengar di antara obrolan ringan mereka, diiringi aroma teh hangat yang disuguhkan untuk menemani malam.
“Awalnya, arisan ini cuma sekadar buat seru-seruan, biar kami sesama pengrajin bisa lebih akrab. Tapi sekarang, rasanya ini sudah jadi tempat kita saling mendukung, berbagi pengalaman, dan belajar satu sama lain,” cerita Pak Wagiman, salah seorang pengrajin kayu senior yang telah lebih dari 15 tahun menekuni seni ukir kayu.
Kegiatan dimulai sekitar pukul tujuh malam, saat satu per satu anggota paguyuban datang dengan membawa semangat. Tidak hanya untuk mengikuti undian arisan, mereka juga antusias untuk berbagi cerita dan pengalaman. Ada yang menceritakan teknik baru dalam mengukir kayu, ada pula yang berbagi tantangan dalam menjual karya seni mereka ke luar desa.
Paguyuban Arisan Antik ini telah berjalan bertahun-tahun dan menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan para pengrajin kayu di Desa Kenteng. Keunikan malam Minggu Wage selalu terasa di acara ini, tidak ada yang pulang dengan tangan kosong selalu membawa pulang semangat baru, inspirasi, dan rasa kebersamaan yang semakin erat.
Bagi masyarakat di luar Desa Kenteng, malam Minggu Wage mungkin hanya sebuah tanggal di kalender yang berlalu begitu saja. Namun, bagi para pengrajin kayu di desa ini, malam Wage adalah momen yang penuh arti, di mana silaturahmi terjaga, tradisi terus dirawat, dan seni ukir kayu tetap lestari.
Pewarta: Anis Muawanah, Prodi PBSI A 22 (Mahasiswa KKNT Desa Kenteng)