Berbagi Keistimewaan Bulan Nisfu Sya’ban Lewat Khotbah Jum’at

Kegiatan Sholat Jumat berjamaah di Masjid Nurul Hidayah, Dusun Setren, Desa Miricinde pada hari Jumat tanggal 6 Februari 2025 ini berbeda dari biasanya. Khusyuknya jamaah sholat Jum’at yang terdiri mahasiswa KKNT dan pengurus masjid Nurul Hidayah tersebut membuat mahasiswa KKNT semakin berbaur dan dekat dengan warga setempat. Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa KKNT STKIP PGRI Ponorogo berkesempatan menjadi pemateri, dengan mengisi khutbah Jumat dan berbagi ilmu pada hari itu. Khafizhsanan Muhadzdzib, mahasiswa KKNT STKIP PGRI Ponorogo Kelompok Desa Miricinde, menjadi khotib sekaligus imam pada kegiatan tersebut dengan mengambil tema mengenai keutamaan dan keistimewaan pada bulan Nisfu Sya’ban.
Materi ini tentunya sangat relevan diberikan pada hari Ju’mat terakhir sebelum malam Nisfu Sya’ban. Terdapat beberapa alasan keistimewaan bulan nishfu syaban menurut Kitab Durrotun Nasihin. Di tengah khutbahnya, Khafizhsanan mengutip sebuah hadist: “Barang siapa berpuasa selama 3 hari pada awal, pertengahan, dan akhir bulan Nisfu Sya’ban, maka Allah akan mencatat baginya pahala 70 nabi, yang setara dengan seseorang yang beribadah selama 70 tahun, dan jika dia meninggal pada bulan Nisfu Sya’ban, maka dia termasuk meninggal dalam keadaan syahid.“ ungkapnya dengan penuh semangat.
Selain itu, bulan Nisfu Sya’ban juga merupakan waktu di mana Allah SWT menetapkan takdir hamba-hamba-Nya untuk satu tahun ke depan. Banyak umat Islam yang memanfaatkan bulan ini untuk melakukan puasa sunnah, berdoa, dan memperbanyak amalan ibadah lainnya. Bulan ini juga merupakan waktu yang sangat istimewa bagi umat Islam untuk memohon ampunan dan berdoa agar diberikan keberkahan serta perlindungan dari segala bencana dan musibah.
Pada akhir khutbahnya, Khafizhanan menambahkan, ”Jika sudah datang separuh dari bulan Nisfu Sya’ban, maka jangan berpuasa, karena beberapa ‘ulama memakruhkan bahkan mengharamkan puasa jika hanya mengkhususkan setelah bulan Nisfu Sya’ban, meskipun begitu para ‘ulama memperbolehkan puasa-puasa sunnah yang dianjurkan setelah bulan Nisfu Sya’ban, misalnya pada Hari Senin dan Hari Kamis. Mayoritas ‘ulama memang memperbolehkan berpuasa sunnah setelah bulan Nisfu Sya’ban, namun Madzab Syafi’I melarang puasa setelah Nisfu (pertengahan) Sya’ban, dimulai pada tanggal 16 sampai tanggal 30, karena terdapat dua hal yang melatarbelakangi dilarangnya puasa setelah bulan Nisfu Sya’ban. Pertama, hari-hari setelah bulan Nisfu Sya’ban merupakan hari syak atau keraguan, karena setelah bulan Nisfu Sya’ban adalah bulan Ramadhan. Kedua, dikhawatirkan seseorang yang berpuasa pada hari setelah bulan Nisfu Sya’ban tidak menyadari bahwa sudah memasuki bulan Ramadhan. Seseorang yang diperbolehkan berpuasa hanya ada 6, yaitu mereka yang terbiasa melakukan, 1) Puasa Dahr (puasa setahun penuh), 2) Puasa Senin dan Kamis, 3) Puasa Daud (sehari puasa sehari tidak), 4) Puasa Nadzar, 5) Puasa Qadha, dan 6) Puasa Kafarat. Syarat puasa di tanggal tersebut telah melaksanakan puasa sebelum Nisfu Sya’ban.”Khafizhsanan pun mengajak jamaahnya untuk memanfaatkan bulan Nisfu Sya’ban dengan sebaik-baiknya, agar mendapatkan berkah dan keberkahan dari Allah SWT.
Jujur, saya sedikit kaget ketika diminta pak kepala dusun untuk menjadi khotib dan imam sholat Jum’at. Namun, rasa kaget saya tergantikan dengan rasa senang, semangat, dan antusias pastinya, karena jamaah yang hadir lebih dari 40 orang. Di sisi lain, saya juga merasa bangga diberikan kepercayaan untuk mengisi khutbah pada hari itu. Harapan saya semoga kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat apapun itu, ketika ada Mahasiswa KKNT, menjadi semakin aktif,” ucapnya ketika diwawancarai oleh tim humas. Warga setempat menyambut positif isi khutbah tersebut. Mereka merasa terinspirasi dan termotivasi oleh kata-kata yang disampaikan oleh Mahasiswa KKNT tersebut. Mereka berharap agar kegiatan-kegiatan keagamaan di dusun mereka semakin berkembang dan semakin banyak diikuti oleh masyarakat setempat. Semangat Mahasiswa KKNT menjadi contoh bagi mereka untuk lebih aktif dalam menjalankan ibadah dan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan. “Alhamdulillah, kita sebagai mahasiswa bisa memberikan kesan baik dan dampak positif di masyarakat, seperti menjadi pemateri dalam Khutbah Jumat, dan rutin mengikuti kegiatan di masyarakat, pungkas Gus Anshory selaku Mahasiswa KKNT sekaligus jamaah yang turut hadir Sholat Jumat.
Pewarta : Tim Humas Miricinde 03.
Previous
Mahasiswa KKNT STKIP PGRI Ponorogo Wujudkan Kepedulian Melalui Aksi Bersih-bersih Masjid
Next