MAHASISWA KKNT PGRI PONOROGO MEMBANTU USAHA BATU BATA TANAH LIAT DI DESA SUKOMANGU KECAMATAN PURWANTORO

Industri batu bata merupakan salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang turut menunjang sosial ekonomi masyarakat. Khususnya masyarakat di wilayah desa Sukomangu kecamatan Purwantoro kabupaten Wonogiri. Desa tersebut dikenal sebagai sentra perajin batu bata. Peluang industri batu bata di Desa Sukomangu dalam jangka panjang tetap ada karena topografi wilayah bertanah liat cokelat. Usaha ini banyak di temukan di Desa Sukomangu, masyarakat membuat batu bata sebagai usaha. Adapun wilayah desa sukomangu bertepa yang terdapat banyak pembuatan batu bata untuk pembangunan atau konstruksi sehingga permintaan pesanan batu bata dari tanah liat semakin bertambah. Bahkan, para perajin batu bata di kawasan desa sukomangu masih mampu menjual batu batanya hingga ke luar kecamatan.
Kardi, yang memliki industri pembuatan batu bata tanah liat mampu memproduksi 200 biji batu bata dalam satu hari dengan dibantu oleh istrinya. Berdasarkan penelusuran kami langsung Selasa (06/2/2025) pagi, proses pengolahan batu bata yang diproduksi di gudang Kardi yang terdapat di Desa Sukomangu , memang berbeda dengan bata ringan dari pulau Jawa Timur. Ada beberapa tahapan yang dikerjakan Kardi secara manual. Pertama mencari tanah liat, kemudian tanah tersebut diinjak-injak agar melebur dan lebih halus.Berikutnya adalah proses pencetakan yang dilakukan Kardi di gudang.Terakhir, tanah liat yang sudah dicetak akan melalui tahap pembakaran atau pengeringan.Menurutnya, proses pembakaran atau pengeringannya bisa memakan waktu satu hari dengan menggunakan kayu dan 3 hari jika menggunakan merang. Dalam proses pengeringan tersebut bisa menghasilkan 2.000-5.000 balok batu bata dan menggunakan bahan bakar kayu atau merang.
“Dalam pembuatan batu bata di gudang saya dan istri saya dapat membuat 200-300 balok batu bata tiap harinya dan untuk harga 1 baloknya kurang lebih 500 rupiah,” ucapnya ketika ngobrol santai dengan Mualif, salah satu anggota KKNT STKIP Pgri Ponorogo kelompok 14. Ditambahkannya, bahan tanah liat untuk mengolah batu bata tersebut dicari langsung dari ladangnya yang tidak jauh dari gudang tempat produksi. “Saya mengambil tanah liat dari ladang di samping gudang menggunakan cangkul dan blencong kemudian di naikan di sorong dan di bawa kegudang), “ pungkasnya
Adapun batu bata tersebut dijual oleh pengepul yang mendatangi rumah Kardi di wilayah Desa Sukomangu, Kecamatan Purwantoro, bahkan sampai Kecamatan Slogohimo.
Hadi Revaldi mengatakan “ kegiatan membuat batu bata, membakar batu bata ini merupakan kegiatan yang asyik, walaupun menguras energi yang ekstra, tetapi saya menikmati” kegiatan ini merupakan pengalaman pertama bagi Hadi pasalnya mahasiswa kelahiran Madiun itu baru pertama kali membantu kegiatan membakar bata. Semoga pengalaman ini bisa menjadikan cerita yang akan dikenang sampai kakek nenek.
Pewarta (Abd. Muhid Yusuf Kelompok 14)
Previous