Mahasiswi KKN-T Pimpin Tahlil dalam Rutinan Muslimat NU Desa Talesan

TALESAN – Mahasiswa KKN-T, Qoidatul Mudiroh, diberi kepercayaan untuk memimpin tahlil dalam acara rutin Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Rating Desa Talesan. Kegiatan yang berlangsung di kediaman Bu Warni di Ngembak, Talesan pada Sabtu (22/2/2025), dimulai pukul 13.00 hingga 15.00 WIB, tidak hanya menjadi wadah spiritual bagi para jamaah, tetapi juga momen pembelajaran tentang keberagaman dalam beribadah.
Acara yang dihadiri oleh puluhan anggota Muslimat NU Desa Talesan ini terselenggara sebagai bagian dari program rutin bulanan yang bertujuan untuk memperkuat silaturahmi dan meningkatkan pemahaman keagamaan para anggotanya. Rutinan Muslimat NU Rating ini menjadi salah satu tradisi yang telah berlangsung sejak lama dan selalu mendapatkan sambutan hangat dari para jamaah.
Kyai Zamroni Hasan, ulama yang dikenal luas di wilayah Talesan dan sekitarnya, hadir sebagai penceramah utama dalam acara tersebut. Dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan tema “Orang-orang yang Dirindukan Surga” yang menggugah hati para jamaah. Dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, Kyai Zamroni menjelaskan tiga golongan manusia yang dirindukan surga.
“Ada tiga golongan manusia yang dirindukan surga. Pertama, orang yang ahli membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta mengamalkan isinya. Kedua, orang yang menjaga lisannya dari perkataan yang tidak bermanfaat dan menyakiti orang lain. Ketiga, orang yang menjalankan puasa Ramadhan dengan ikhlas dan penuh ketaatan,” papar Kyai Zamroni di hadapan para jamaah yang menyimak dengan khusyuk.
Yang menarik perhatian dalam acara tersebut adalah ketika Qoidatul Mudiroh, mahasiswa KKN-T yang sedang bertugas di Desa Talesan, dipercaya untuk memimpin tahlil. Sebagai mahasiswa yang mengenyam pendidikan di pondok pesantren, tentunya ilmu keagamaannya sudah lebih dalam dari segi pemahaman. Namun, terdapat beberapa perbedaan kecil dalam tata cara pembacaan tahlil yang dibawakan Qoidatul Mudiroh dibandingkan dengan kebiasaan yang dilakukan oleh jamaah Muslimat NU setempat.
Perbedaan ini sempat menimbulkan kebingungan di kalangan jamaah, terlihat dari beberapa wajah yang saling berpandangan dan berbisik pelan. Menyikapi situasi tersebut, Kyai Zamroni Hasan dengan bijaksana memberikan penjelasan yang menenangkan.
“Itulah yang namanya hasanah keilmuan, ada sedikit perbedaan tapi intinya tetaplah sama. Justru dari perbedaan ini kita bisa saling belajar dan memperkaya khazanah pengetahuan kita,” ujar Kyai Zamroni dengan senyum bijak, disambut anggukan para jamaah.
Qoidatul Mudiroh sendiri mengakui bahwa ia merasa gugup ketika diminta untuk memimpin tahlil di hadapan para ibu-ibu anggota Muslimat NU. “Sedikit nervous karena biasanya di pondok sudah terbiasa untuk memimpin jamaah tahlil tapi dalam lingkup teman pondok, berbeda kali ini yang mana memimpin banyak jamaah,” ungkapnya kepada wartawan usai acara.
Meskipun sempat terjadi sedikit kebingungan saat pembacaan tahlil berlangsung, acara tetap berlangsung dengan khidmat dan penuh kenyamanan. Para jamaah mengikuti seluruh rangkaian acara dengan tenang dan hikmat, mulai dari pembacaan tahlil, tausiyah, hingga doa penutup.
Peristiwa ini menjadi bukti nyata bahwa perbedaan bukanlah menjadi penghalang untuk bersama-sama dalam berbagi ilmu dan beribadah. Nilai saling menghormati justru menjadi kunci penting dalam menjaga keharmonisan di tengah keberagaman yang ada di masyarakat. Acara rutinan Muslimat NU Rating Desa Talesan ini tidak hanya berfungsi sebagai kegiatan keagamaan, tetapi juga sebagai media pembelajaran tentang toleransi dan saling menghargai perbedaan.
Kehadiran mahasiswi KKN-T dalam kegiatan masyarakat seperti ini juga menunjukkan peran aktif perguruan tinggi dalam membangun jembatan antara dunia akademis dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Melalui program KKN-T, mahasiswa tidak hanya menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah, tetapi juga belajar langsung dari masyarakat tentang nilai-nilai kehidupan yang tidak diajarkan dalam ruang kelas.
Pewarta: Juri Mulyani
Previous