Diwangkara Gumelar 2025: Semangat Pelajar Lestarikan Bahasa Jawa Lewat Kompetisi Sastra Daring

Jum’at (10/5) – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa (PBJ) yang tergabung dalam Hima Diwangkara STKIP PGRI Ponorogo tampak sibuk merekap nilai peserta dalam ajang Diwangkara Gumelar 2025, sebagai persiapan menuju pengumuman juara pada tanggal 12 Mei 2025. Kompetisi yang mengusung tema “Seratan Rasa, Swara Jiwa” ini memuat tiga cabang lomba yaitu Cipta Baca Geguritan, Cipta Cerkak, dan Tembang Macapat.
Awalnya, perlombaan direncanakan dalam dua tahap, yakni seleksi daring dilanjutkan dengan tahapan final secara luring. Namun, rencana tersebut harus dirombak karena sebagian besar peserta mengaku terkendala biaya transportasi. Peserta tidak hanya dating dari wilayah Jawa Timur, melainkan Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Melalui berbagai pertimbangan, panitia memutuskan untuk mengubah sistem perlombaan menjadi sepenuhnya daring dan memperpanjang waktu pengumpulan karya hingga 5 Mei 2025. Perubahan ini justru disambut antusias. Hingga batas akhir, sebanyak 70 peserta dari berbagai daerah berhasil mendaftarkan diri dan mengirimkan karya terbaik mereka.
Setelah melewati penjurian yang begitu ketat, cabang lomba Cipta Cerkak untuk juara satu diraih oleh Aula Riva Maharani dari SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Pada cabang lomba Macapat Putri, Nailah Nur Hasanah dari SMKN 1 Ponorogo berhasil menyabet juara pertama. Sementara perlombaan Macapat Putra, Ferbian Frimas Cahya Akbar Z dari SMKN 1 Ponorogo menjadi pemenang utama. Untuk cabang lomba Cipta Baca Geguritan, Zhahra Khoirunnisa dari SMAN 4 Madiun tampil sebagai juara satu.
Menariknya, Aula Riva Maharani juga menjadi salah satu pemenang di cabang lomba Geguritan, menjadikannya peserta istimewa yang memenangkan dua cabang lomba sekaligus dalam ajang ini.
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa sekaligus juri lomba geguritan, Dr. Suprapto, M.Pd, menyampaikan rasa syukur atas kelancaran kegiatan. “Alhamdulillah, acara Diwangkara Gumelar 2025 berjalan dengan baik. Terima kasih kepada segenap panitia dan peserta. Semoga ke depan semakin jaya dan penuh inovasi yang bermanfaat bagi semua,” tuturnya. Ia juga menambahkan harapan agar semangat belajar dan pelestarian budaya terus digaungkan oleh generasi muda.
Sementara itu, Bapak Sukandar, salah satu juri lomba cerkak dan juga Pengelola Interlude, sebuah penerbitan alternatif yang menerbitkan buku berbahasa Indonesia dan Jawa, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh peserta yang telah menuangkan ide dalam bentuk cerita pendek berbahasa Jawa. “Senang sekali melihat anak-anak muda menulis cerita dalam bahasa ibu. Banyak ide-ide luar biasa yang tidak hanya bicara tentang katresnan, tapi juga budaya, pendidikan, bahkan hal-hal yang tak kasat mata. Ini sungguh harapan besar untuk masa depan sastra Jawa,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, lomba bukanlah akhir dari proses berkarya. “Yang penting setelah ini apakah teman-teman bersedia meneruskan? Sebab eman kalau berhenti di sini. Teruslah membaca, teruslah menulis. Belajar dari karya yang sudah ada, mencari teknik ungkap yang pas, dan jadikan sastra sebagai laku, bukan sekadar lomba,” pungkasnya.
Dengan berakhirnya Diwangkara Gumelar 2025, semangat peserta dan penyelenggara menyisakan harapan agar kegiatan ini dapat berlanjut di tahun-tahun mendatang. Sebuah ruang bagi generasi muda untuk menyalurkan kreativitas, cinta budaya, dan merawat warisan bahasa Jawa dalam bentuk yang terus relevan dengan zamannya.
Pewarta: Nisa Qurrota A’yun – Mahasiswa PBJ 2023