Orientasi Jurusan dan Temu Akrab Himpunan Mahasiswa (HIMA) Diwangkara

PONOROGO-Sabtu pagi (22/11) Nuansa Pendidikan dan budaya kental terasa di Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo, tempat digelarnya Orientasi Jurusan dan Temu Akrab Himpunan Mahasiswa (HIMA) Diwangkara. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan lingkungan prodi sekaligus mempererat kebersamaan mahasiswa melalui rangkaian acara yang sederhana, hangat, dan penuh kekompakan
Lazuardi Firdaus selaku ketua panitia Orientasi Jurusan dan Temu Akrab HIMA Diwangkara mengatakan 24 peserta berasal dari Program Pendidikan Bahasa Jawa angkatan 2025.
“Kegiatan ini bertujuan mengenalkan HIMA secara umum, termasuk divisi-divisi yang ada beserta tugas masing-masing divisi. Selain itu, pengenalan ini penting agar mahasiswa memahami struktur organisasi dan dapat menentukan minat divisi yang ingin diikuti. Harapan saya, setelah kegiatan ini mahasiswa semakin menghidupkan HIMA Diwangkara, memahami apa itu HIMA Diwangkara, mengetahui tugas-tugas di dalamnya, serta menjadi lebih aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan,” ucapnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh Dr. Ahmad Nur Ismail. M.Pd.I. selaku ketua STKIP PGRI Ponorogo. Dalam pemaparannya, beliau menekankan pentingnya Prodi Pendidikan Bahasa Jawa dalam melestarikan budaya Jawa dan meminta HIMA Diwangkara untuk membuat lebih banyak program hingga tingkat nasional agar prodi semakin dikenal dan diminati masyarakat.
“Prodi Pendidikan Bahasa Jawa ini satu-satunya prodi PTS di Jawa Timur, jadi perannya sangat strategis dalam melestarikan budaya Jawa. Saya berharap HIMA Diwangkara bisa terus menciptakan dan mengembangkan program-program sebanyak mungkin, supaya Bahasa Jawa semakin unggul dan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu, saya juga ingin HIMA mulai merancang kegiatan yang bisa menjangkau skala nasional. Semakin banyak program yang kalian jalankan, semakin besar kesempatan STKIP PGRI Ponorogo dikenal dan diminati, terutama melalui Prodi Pendidikan Bahasa Jawa.” Tuturnya.
Materi pertama, keorganisasian, di sampaikan oleh Joko Prasetyo, S.Pd. Sesi ini memiliki tujuan utama untuk melatih kemampuan peserta dalam berkolaborasi dan bekerja sama secara efektif dalam struktur organisasi. Selain itu, juga disampaikan bahwa organisasi yang sukses bukan organisasi yang besar tetapi adalah organisasi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Sesi kedua, yaitu tembang macapat, dibawakan oleh Dwi Handayani S.Pd. Kegiatan pembelajaran materi macapat berlangsung dengan lancar, di mana pemateri menyampaikan bahwa tembang macapat tidak hanya mengajarkan unggah-ungguh dan ajaran moral, tetapi juga memuat penjelasan mengenai pengertian, jenis, watak, dan filosofi dari setiap tembang macapat yang menjadi bagian penting dalam budaya Jawa.

Sesi ketiga, kegiatan praktik mengenai pembuatan wayang diselenggarakan dengan antusias tinggi dari para peserta. Materi dipandu langsung oleh Muhammad Bayu Nur Patoni dan Icha Valen Issalsabela yang menjelaskan berbagai teknik dasar dalam proses pembuatan wayang. Dalam sesi tersebut, peserta tidak hanya menerima penjelasan teori, tetapi juga diajak mempraktikkan langkah-langkah penting, mulai dari membuat pola, menata detail ukiran, hingga mewarnai dan mengecat wayang. Melalui pendampingan tersebut, peserta dapat memahami dan merasakan secara langsung proses kreatif yang menjadi bagian penting dalam seni pewayangan.
Pada sesi penutup, peserta menerima materi praktik wiru jarik sebagai upaya pelestarian tata busana tradisional Jawa, di mana mereka dilatih menyusun lipatan jarik dengan teknik yang benar dan rapi. Setelah itu, kegiatan ditutup dengan pelatihan karawitan, yang memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengenal dan memainkan instrumen tradisional Jawa, sehingga menambah wawasan sekaligus memperkuat apresiasi terhadap seni budaya Jawa.
Previous




