Berkah Puisi, Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo Manfaatkan Liburan untuk Menulis
Ketika jatuh cinta atau kasmaran, orang bisa mendadak menjadi penyair. Kata-kata puitis mendadak terbit menjadi lembaran-lembaran puisi. Pengalaman Hariadi Daru Wijaya, mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo ini mendorong dirinya produktif menulis puisi. “Bukan murni puisi cinta, hanya temanya saja. Tetap berusaha menulis puisi bermakna, berbobot, dan diterima oleh pembaca.”
Menyukai dunia puisi sejak kelas 3 sekolah dasar, terus dirawat Daru hingga duduk di jenjang perguruan tinggi. Baru-baru ini, dua karya puisinya akan diterbitkan Halo Penyair dalam event Kolaborasi Puisi Batch 6. Saat diwawancarai Tim Humas, Minggu (10/9), dirinya mendapat pesan email yang mengatakan puisinya terpilih. Puisi akan diterbitkan dalam buku Seuntai Rindu untuk Dia. Juga, dalam event yang diadakan sarasayubook pada naskah satunya.
“Jurusan saya sastra, bapak/ibu dosen juga menulis buku, juga penyair, Alhamdulillah dapat beasiswa kuliah gratis. Saya ingin mengikuti jejak beliau-beliau dalam dunia kepenulisan,” ungkap mahasiswa juruan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini.
Naskah puisi yang bakalan dibukukan berjudul Rindu Meronta dan Merdeka dari Belenggu, semua ditulis saat liburan semester. Puisi Rindu Meronta berkisah laki-laki hujan yang merindu kekasihnya. Hari-harinya terasa pilu, menyisa. Malam sunyi, laki-laki merapal untuk orang yang disemogakan.
Daru terus belajar menulis puisi. Puisi-puisinya cenderung diberi efek tanya untuk mengajak pembaca berenung dan berpikir tentang suatu hal. Selain menulis puisi, Daru juga menulis kata-kata mutiara. “Kalau berkarya, jangan merasa puas, nanti berhenti. Baca karya-karya orang lain supaya tulisan semakin berbobot dan berkualitas.” (Red/Cus)