HMP dan HIMA Aksara Kenalkan Feature di Ngaji Jurnalistik Bersama Wartawan Jawa Pos
Ponorogo_ Acara Ngaji Jurnalistik Sabtu (6/7) di Graha Saraswati tuai kemeriahan. Sesuai namanya, ngaji kali ini membahas seputar penulisan jurnalistik khususnya Feature. Acara yang digelar HMP yang berkolaborasi dengan Hima Aksara itu tak tanggung-tanggung dalam mendatangkan pembicara. General Manager Jawa Pos Radar Madiun dan Radar Lawu beserta editor koran nasional itu tepat pukul 09.15 memasuki Graha Saraswati dan disambut seluruh peserta Ngaji Jurnalistik dengan antusias.
Ketua STKIP PGRI Ponorogo, Dr. Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. berharap kegiatan ngaji jurnalistik dilaksanakan berkelanjutan karena menambah wawasan dan kreativitas bagi mahasiswa.
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya memiliki harapan besar UKM HMP akan melahirkan penulis-penulis baru yang memiliki kreativitas tinggi. Nantinya akan bermanfaat ketika sudah lulus dan memasuki dunia kerja.
“Harapan kami bagi seluruh mahasiswa memiliki kecapakan, soft skill, dan mampu berprestasi,” ungkapnya.
Sementara, Dr. Sutejo, M.Hum berpesan bahwa UKM HMP hanyalah sebuah wadah yang tergantung isinya. Sebagai penulis setidaknya memiliki tiga kecakapan berpikir, pihaknya menyebut trisula kecakapan wajib bagi penulis.
“Seorang penulis tanpa kelembutan hati tulisannya tidak akan menyentuh dan menembus roh relung hati pembacanya, tanpa kejernihan berpikir tulisan dan bahasa tidak mampu dimaknai serta memiliki kecakapan berbahasa,” ungkap pembina UKM HMP tersebut.
Bertepatan dengan kirab pusaka dan Grebeg Suro, Ngaji Jurnalistik itu mengangkat tema Jelajah Keberagaman Budaya dalam Bingkai Feature di Era Digital. Wachid menuturkan, “Budaya sendiri tanpa tulisan bukan budaya.”
Acara yang berlangsung selama empat jam itu dimoderatori langsung oleh ketua HMP, Nosa Retno Palupi Utami. Mahasiswi PBSI semester 4 dengan style bicaranya yang selalu renyah, berhasil membawa acara ngaji siang itu terlaksana begitu mengalir.
Membahas sejarah singkat koran Jawa Pos yang telah berusia 75 tahun, sampai pada susah senang menjadi seorang wartawan, dibawakan dengan sangat santai dengan kedua wartawan terampil itu.
Selain sepak terjang kedua wartawan yang tidak diragukan lagi, semakin bangga pula seluruh civitas akademika STKIP setelah, Nur Wahid sang editor membeberkan bahwa dirinya pernah menjadi bagian dari STKIP.
Hal itu diakui kaprodi PBSI, Cutiana Windri Astuti, M.Pd. saat dirinya berpartisipasi sebagai salah satu penanya.
“Maaf, saya memanggilnya Wahid, karena dulu dia murid saya,” terangnya saat memberikan pertanyaan.
Sesi tanya jawab berlangsung santai. Menurut pembicara, menulis feature adalah hal mendasar yang harus dikuasai wartawan. Seperti pesan Arfianto, “Harapannya kelak adik-adik mahasiswa bisa menjadi jurnalis yang hebat,” ungkap General Manager Radar Madiun dan Radar Lawu Jawa Pos itu.
Pewarta : Solu Erika H_PBSI A 2021