Mahasiswa KKN-T STKIP Ponorogo Kembali Hadir di Desa Bangsri: Melakukan Observasi dan Membangun Sinergi dengan Warga Sekitar.
Kamis, 23 Januari 2025, mahasiswa KKN-T STKIP PGRI Ponorogo kelompok-13 mulai melakukan observasi singkat di Desa Bangsri Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. observasi dimulai dengan pertemuan antara mahasiswa bersama Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Ibu Endang Lestari yang disambut dengan hangat oleh Kepala Desa Bangsri, Roni Ardiles Manafe, atau yang biasa dipanggil Pak Polo di Balai Desa Bangsri.
Desa Bangsri untuk kedua kalinya menjadi pilihan program KKN-T bagi mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo, ini membuktikan bahwa adanya keterikatan antara mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo dengan kecamatan Purwantoro, terutamanya di Desa Bangsri. Observasi ini dilakukan guna untuk mengetahui serta menggali potensi yang terdapat di Desa Bangsri tersebut. Bersama dengan itu mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo dari kelompok-13 pun juga bersosialisasi dengan warga sekitar untuk mempererat hubungan dengan masyarakat Desa Bangsri. Kedatangan kami pun disambut baik oleh masyarakat.
Kepala Desa Bangsri, Bapak Roni menyambut kunjungan mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo dan DPL. “selamat datang kembali nggih bu, dan mbak-mbak serta mas-mas STKIP PGRI Ponorogo yang mau melaksanakan KKN di desa kami, dengan itu kami menerima dengan senang hati untuk mbak-mbak dan mas-mas melaksanakan program KKN di desa kami seperti tahun kemarin juga mahasiswa dari STKIP PGRI Ponorogo melaksanakan KKN di sini dan alhamdulillah berjalan baik. Kami yakin bahwa mbak-mbak dan mas-mas ini juga bisa lebih menggali potensi yang ada di desa kami”, ujarnya. Selain itu, beliau juga menjelaskan tentang lingkungan sekitar untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa KKN-T.
Setelah mengunjungi Kepala Desa, para mahasiswa KKN-T juga diberikan arahan oleh Lurah atau yang di Ponorogo dikenal dengan sebutan Kamituwo. Hal ini menjadi sesuatu yang baru bagi mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo, karena di Ponorogo, penyebutan “Lurah” bukan untuk Kepala Desa, melainkan untuk Kamituwo, sedangkan Kepala Desa disebut “Polo”.
Dalam arahannya, Kamituwo menjelaskan secara menyeluruh tentang kondisi warga, mulai dari mata pencaharian warga, serta tradisi mingguan warga seperti latihan seni karawitan, yasinan dan juga acara muslimatan yang menjadi wadah silaturahmi antar warga.
Arahan ini tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa tentang kehidupan di desa, tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk merancang program kerja yang selaras dengan tradisi dan kebutuhan warga. Harapannya, hasil dari observasi ini akan menjadi dasar untuk membuat program-program yang relevan dan berdampak positif bagi masyarakat Desa Bangsri dan juga tentunya bagi mahasiswa KKN-T itu sendiri untuk melaksanakan program-programnya yang akan dilaksanakan selama masa KKN-T.
Sheila Al-Ubaidah/Erma Yunita
Previous