Batik Kalimasada, UMKM Wonogiri Ciptakan Lapangan Kerja, Lestarikan Tradisi

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKNT) STKIP PGRI Ponorogo baru-baru ini mengunjungi Batik Kalimasada, sebuah UMKM yang terletak di Dusun Wotglinggang, Desa Joho, Purwantoro, Wonogiri pada Sabtu, 22/02. Kunjungan ini bertujuan untuk menggali potensi serta memahami lebih lanjut dalam proses produksi batik tulis yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Kehadiran mahasiswa KKNT ini disambut hangat oleh Dian Nugroho, S.Pd., pendiri sekaligus pemilik Batik Kalimasada.
Batik Kalimasada bukan sekedar usaha, melainkan sebuah wujud kecintaan terhadap warisan budaya Indonesia. Dian Nugroho, terinspirasi oleh batik sebagai identitas bangsa, mendirikan usaha ini pada Oktober 2022 dengan visi mulia untuk membuka lapangan pekerjaan bagi generasi muda di Desa Joho. Selain batik tulis yang menjadi andalan, Kalimasada juga mengembangkan kreasi batik cap dan ecoprint, menunjukkan inovasi dalam melestarikan tradisi.
Keunikan Batik Kalimasada terletak pada penggunaan motif “remek” yang identik dengan Wonogiri. Motif ini lahir dari kisah unik tentang pecahnya malam (lilin) saat proses pembatikan dengan teknik tembok, yang justru menghasilkan retakan artistik dan menjadi ciri khas yang membedakan batik ini dari daerah lain. Keunikan lain yang menjadi ikon dari Batik Kalimasada, batik tulis yang digambar pada kain bisa disesuaikan permintaan pelanggan (custom).
Selama kunjungan, mahasiswa KKNT berkesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pewarnaan kain batik Kalimasada yang telah digambari motif khas. Pengalaman ini tidak hanya menambah pengetahuan tentang seni batik tulis, tetapi juga menumbuhkan apresiasi terhadap proses kreatif yang rumit dan penuh ketelitian. Bagi pelajar, ini adalah kesempatan emas untuk belajar langsung dari ahlinya dan memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap goresan canting.
Dian Nugroho mengungkapkan bahwa tantangan utama dalam memproduksi Batik Kalimasada adalah faktor kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam pembuatan batik. Proses pemasaran di awal pendirian usaha, juga menjadi salah satu tantangan yang membuatnya kesulitan. Namun, semangatnya tidak surut. Ia terus berupaya mencari solusi dan berinovasi agar Batik Kalimasada tetap berkualitas dan lestari.
Meski menghadapi berbagai kendala, Batik Kalimasada tetap menjadi ikon Desa Joho yang memuaskan. Usaha ini tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Batik Kalimasada juga melayani pemesanan dan pelatihan batik tulis dan ecoprint. Produknya pun sudah diekspor sampai ke Perancis, Korea, Jepang, bahkan Belgia. Batik Kalimasada juga berupaya meningkatkan pemasaran online melalui optimalisasi branding. Kisah inspiratif Batik Kalimasada diharapkan dapat memotivasi generasi muda untuk mencintai budaya sendiri dan berani berkontribusi bagi kemajuan daerah.
Next