19 Mahasiwi PG-PAUD, Kenali Sistem Pembelajaran Inklusi TK PAS Inklusi Baitul Qur’an

Ponorogo, 11 Juli 2025 — Sebanyak 19 mahasiswi dari Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) STKIP PGRI Ponorogo angkatan 2022 melaksanakan kunjungan akademik. Kunjungan penuh makna dengan melakukan wawancara langsung bersama Barokatin Munziyati, S.Psi., atau yang akrab disapa Bu Ninin. Beliau sosok inspiratif di balik berdirinya TK PAS Inklusi Baitul Qur’an. Kegiatan ini berlangsung di kawasan Ngabar, Ponorogo, tempat berdirinya lembaga pendidikan inklusif yang kini telah menjadi rujukan nasional.
Dalam sesi wawancara yang berlangsung hangat dan penuh wawasan tersebut. Bu Ninin menyampaikan secara mendalam tentang konsep dan sistem pembelajaran inklusi yang dikembangkan di lembaganya, terutama dalam mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Beliau menjelaskan bahwa pendekatan pendidikan inklusif dimulai dari tahap awal yang sangat terstruktur, mencakup asesmen komprehensif, identifikasi kebutuhan, wawancara mendalam, hingga penyusunan profil menyeluruh tiap anak. Hal ini mencakup aspek kesehatan dan perkembangan mereka. Tidak hanya fokus pada anak, pihaknya juga melibatkan orang tua sebagai mitra utama melalui proses wawancara yang bersifat partisipatif.
“Di TK PAS Inklusi, jumlah murid kami batasi maksimal 40 anak. Ini bukan tanpa alas an kami ingin memastikan bahwa setiap anak benar-benar mendapatkan perhatian dan pendampingan yang optimal,” tutur Bu Ninin dengan penuh semangat.
Lembaga ini memiliki tiga tingkatan kelas berdasarkan tahapan perkembangan anak, yakni kelas dasar untuk anak dengan hambatan berat, kelas peralihan bagi mereka yang mulai menunjukkan interaksi sosial, dan kelas inklusi bagi anak-anak. Menariknya tig akelas itu sudah mampu mengikuti kurikulum pendidikan umum. Uniknya, pada kelas inklusi diterapkan dua kurikulum sekaligus kurikulum nasional dan kurikulum personal yang dirancang khusus berdasarkan kebutuhan masing-masing anak.
Bu Ninin turut mengisahkan perjalanan panjang lembaga ini yang butuh proses panjang untuk mendapat dukungan penuh dari pemerintah. “Sebelum 2010, pendidikan inklusi belum banyak dipahami, bahkan sering kali dianggap sebelah mata. Tapi perlahan, sejak 2015 mulai ada perhatian, dan pada 2018 kami mendapat penghargaan atas kontribusi kami dalam dunia pendidikan inklusif. Bahkan, beberapa anak sempat dijadikan sampel studi ke Jerman dan Afrika,” kenangnya bangga.
Soal tenaga pendidik, sistem yang digunakan pun sangat khas. Terutama di kelas dasar, satu guru mendampingi satu anak, layaknya sesi terapi yang intensif dan berorientasi pada pencapaian target perkembangan. Saat ini, TK PAS Inklusi memiliki 27 guru aktif, setelah sebelumnya sempat mencapai 31 orang. Lima guru di antaranya bahkan telah diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dengan tiga kelas utama, lembaga ini melayani anak-anak dari berbagai latar belakang kebutuhan khusus tercatat ada 15 macam, termasuk autisme, hiperaktif, gangguan pendengaran, hingga kondisi hipoaktif yang memerlukan penanganan lebih intensif.
“Anak-anak hipoaktif itu justru lebih menantang. Mereka kurang responsif terhadap rangsangan. Maka pendekatan yang kami gunakan adalah stimulasi sensori-motorik serta latihan sendi untuk mengaktifkan kesadaran tubuh mereka,” ujar Bu Ninin menjelaskan.
Setiap Jumat dijadikan waktu khusus untuk evaluasi perkembangan anak. Sementara itu, modul ajar disusun secara sistematis setiap tahun. Tiap anak juga memiliki laporan harian yang terdiri dari catatan anekdot, foto berseri dari karya mereka, hingga rapor perkembangan yang disusun secara individual.
Menutup wawancara, Bu Ninin menyampaikan bahwa berdirinya TK PAS Inklusi Baitul Qur’an bukan sekadar cita-cita pribadi, melainkan bentuk kepedulian terhadap anak-anak istimewa yang kerap tersisih dari sistem pendidikan umum. Ia meyakini bahwa kebermanfaatan adalah inti dari nilai kemanusiaan.
“Sebagus-bagusnya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan kalau niat kita lurus, yakin saja Allah pasti akan menuntun, memberi jalan dan pertolongan, meskipun lewat jalan yang tak pernah kita duga,” ucapnya lirih, menutup perbincangan dengan haru dan penuh makna. Red_Mahasiwa PG-PAUD