Nur Imaniyah Purnama Raih Juara 1 Lomba Jurnalistik Grebeg Suro Ponorogo 2025

“Disaat saya merasa malas untuk menulis, terlebih mengikuti lomba kepenulisan ada saja moment yang membuat saya harus kembali terjun ke dunia kepenulisan. Salah satunya adalah lomba jurnalistik ini. Hal ini menyadarkan jika dunia menulis mampu menghidupkan semangat saya. Dunia menulis tidak semenakutkan dan semengerikan sebagaimana pengalaman sebelumnya. Menulis itu asyik dan membahagiakan”.
Kalimat itulah yang diucapkan Nur Imaniyah Purnama saat ditanya pengalaman apa yang unik dan berkesan dalam bidang menulis. Pernyataan itu rupanya adalah titik balik dimana ia mulai berkarya lagi setelah beberapa waktu jeda tidak menulis karena suatu hal.
Nur Imaniyah Purnama, mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo itu baru saja meraih juara 1 lomba menulis feature dalam lomba Jurnalistik Grebeg Suro Ponorogo 2025. Iim—sapaan akrabnya—berhasil menyisihkan 51 peserta dari kalangan mahasiswa. Tulisannya yang renyah tapi mengena berhasil memikat hati dewan juri.
Realitas Magis Bikin Tangis: Bahagia, Tangis, dan Harapan Kridha Taruna SMPN 1 Mlarak, judul feature buah tangan Iim. Tulisan itu menarasikan bagaimana peristiwa dramatisasi dan histeris di balik panggung yang dialami oleh grup reyog Kridha Taruna SMPN 1 Mlarak. Dalam tulisannya Iim berusaha untuk menampilkan ‘sudut lain’ yang tidak banyak dilihat oleh khalayak.
“Festival Reyog itu identik dengan kemegahan dan penampilan apik di atas panggung. Di sini saya menyoroti tentang kisah-kisah di balik panggung. Bagaimana para peserta yang tampil habis-habisan dengan totalitas jiwa dan raga. Hal ini adalah kejadian yang luput dari mata penonton.”
Bermula dari kabar yang disampaikan guru menulisnya lalu berlanjut ke diskusi, Iim akhirnya memutuskan menulis kisah para peserta festival reyog remaja dari SMPN 1 Mlarak. Berbekal informasi dari salah satu guru dan pembina reyog di sekolah tersebut Iim mulai menyusun tulisan. Butuh waktu 2 hari untuknya bisa menyelesaikan tulisan dan 2 hari untuk mengeditnya.
“Awalnya saya sedikit ragu untuk mengikuti lomba ini karena kurang percaya diri. Saya sudah lama tidak berkarya. Selain itu saya bukan orang asli ponorogo. Berkat dorongan guru menulis saya, bapak Sutejo, akhirnya saya maju untuk mengikuti lomba,” tutur gadis asal Pamekasan itu.
Rasa bangga tentu saja menyelimuti mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia itu. Dapat juara 1, naik panggung, berfoto dengan orang-orang penting dan dipandang oleh ribuan mata tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Ia berharap moment ini bisa menjadi penyemangat bagi dirinya sendiri, teman-teman komunitas menulis, dan mahasiswa-mahasiswi STKIP Ponorogo lainnya. (Red/Yun_Humas)