Meningkatkan Rasa Solidaritas
Roger Silverstone dalam buku Media and Morality: On The Rise of The Mediapolis (2007), merasa prihatin atas kondisi media yang semakin marak dengan hoax atau berita bohong. Hoax hakikatnya adalah informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Bisa juga dikatakan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Berita bohong di era digital kini mencapai titik puncak kejayaannya. Berita yang lazim disebut hoax itu kerap tersebar di grup media sosial (medsos) seperti: facebook, twitter, whatshap, installgram, dan youtube. Berita bohong (hoax) yang begitu viral akhir-akhir ini membuat pemerintah harus bertindak lebih tegas. Salah satu tindakannya yaitu beberapa waktu lalu pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memblokir beberapa situs media online yang diindikasi menyebarkan hoax.
Sungguh miris. Pasalnya setiap kali menggunakan medsos, tiba-tiba kita akan melihat Indonesia yang sesak nafas karena kebencian, kemarahan, kecemasan, ketakutan, perpecahan, dan penuh caci makian. Lalu, ke mana Indonesia yang damai, sejahtera, makmur, dan sentosa?
Banyak masyarakat kita yang menjadi korban akibat beredarnya berita hoax ini. Korban hoax tidak pilih kasih, tidak pandang bulu, dan tidak pandang tempat. Penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), menunjukkan orang yang bergelar doktor dan professor ternyata juga menjadi korban berita hoax tersebut.
Sungguh miris. Pasalnya setiap kali menggunakan medsos, tiba-tiba kita akan melihat Indonesia yang sesak nafas karena kebencian, kemarahan, kecemasan, ketakutan, perpecahan, dan penuh caci makian. Lalu, ke mana Indonesia yang damai, sejahtera, makmur, dan sentosa?
Hoax, Pemilu, dan Solidaritas
Berita bohong atau hoax berpotensi memecah belah dan mengikis habis solidaritas antarkelompok masyarakat. Hal ini sungguh sangat berbahaya apalagi tahun depan masyarakat Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi bernama pemilu. Tentunya ini akan menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia dan harus diberantas hingga tuntas. Salah satu cara untuk memberantas hoax menjelang tahun pemilu ini adalah dengan meningkatkan rasa solidaritas antarsesama.
Solidaritas secara etimologi berarti kesetiakawanan atau kekompakkan. Sedang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata solidaritas diambil dari kata solider yang berarti mempunyai atau memerlihatkan perasaan bersatu. Jika dikaitkan dengan kelompok masyarakat, solidaritas merupakan rasa kebersamaan dalam suatu kelompok tertentu yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama.
Salah satu tujuan masyarakat Indonesia adalah menjadi negara yang maju, mampu berdiri tegak, dan disegani oleh dunia Internasional. Lalu, bagaimana Indonesia bisa berdiri tegak kalau rasa solidaritas antarkelompok masyarakat telah luntur? Bangsa Indonesia tidak akan mampu berdiri tegak tanpa adanya rasa solidaritas antarkelompok. Persatuan dan persaudaraan yang kokoh adalah kunci utama kemajuan bangsa Indonesia. Tanpa solidaritas mustahil bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan disegani oleh dunia Internasional.
Untuk mewujudkan semua itu, bangsa Indonesia harus bertindak tegas dalam menyikapi semua hal yang berbau hoax. Tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat. Kita harus pandai dalam menggunakan medsos. Bedakan media mana yang menyebarkan hoax mana yang tidak. Dengan begitu secara tidak langsung kita sudah menghindari hoax.
Jika pengguna medsos mampu melakukan hal-hal sebagaimana yang disebutkan di atas. Maka mereka tidak akan terperosok dalam dunia hoax, sehingga rasa solidaritas mereka tidak akan terkikis. Karena, bagaimanapun solidaritas adalah kunci kemajuan bangsa. Hakikatnya kita itu satu, kita itu sama, masyarakat Indonesia. Kita hidup di atas bumi yang sama, bumi Indonesia. Dilahirkan di Indonesia. Dibesarkan di Indonesia. Dan di-di lainnya, yang intinya adalah Indonesia.
Untuk itu, tumbuhkan rasa solidaritas, persatuan, dan persaudaraan kita. Komitmennya hanya satu, Bhineka Tunggal Ika. Abaikan berita hoax, jangan sampai mengikis rasa solidaritas antarsesama. Kita adalah sama, masyarakat Indonesia. Perbedaan agama, etnis, ras, suku, adat, budaya, dan pulau bukan penghalang untuk kita bersatu.
Saat ini, bangsa kita tidak lagi dihadapkan dengan penjajahan berupa perang senjata. Tetapi penjajahan yang berupa berita hoax dalam berbagai bentuk yang harus hengkang dari bumi Indonesia. Sehingga cita-cita bersama bangsa Indonesia, untuk mewujudkan negara yang damai, sejahtera, makmur, sentosa, mampu berdiri tegak, dan disegani dunia Internasional dapat terwujud.
***
Penulis: Sri Wahyuni, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo.
Sumber: Media Indonesia edisi 26 Maret 2018.